
Saya tidak lama berada di tempat itu.
Setelah Dubes Republik Federasi Jerman Ina Lepel, Deputi Menteri Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong, serta Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memotong kue Hari Persatuan Jerman, saya memilih meninggalkan ballroom di lantai 11 Kempinski Grand Ballroom, persis di sebelah Grand Indonesia.
Sudah saya sampaikan di tulisan sebelumnya, Hari Persatuan Jerman merupakan hari nasional yang merujuk pada proses penyatuan Jerman Timur dengan Jerman Barat tanggal 3 Oktober 1990.
Juga tentang mengapa “hari nasional baru” itu tidak menggunakan tanggal 9 November 1989 hari di mana Tembok Berlin yang memisahkan kedua Jerman sejak 1961 diruntuhkan.
Di depan pintu masuk ballroom, Kedubes Jerman meletakkan foto raksasa yang memperlihatkan lautan manusia di Gerbang Bradenburg, tanggal 9 November 1989.
Setelah memperhatikan detail suasana yang diabadikan fotografer Wolfgang Kumm saya melangkah memasuki ballroom, disambut Dubes Ina Lepel dan sejumlah pejabat penting Kedubes Jerman.
Ballroom telah penuh. Suara riuh beragam pembicaraan memenuhi udara. Saya mencari tempat di bagian belakang, menyusuri booth pameran. Singgah di booth Friedrich Ebert Stiftung dan Friedrich Naumann Stiftung, dua yayasan yang sudah lama beroperasi di Indonesia membantu demokratisasi dan pembangunan masyarakat sipil Indonesia.
Kebetulan tahun 2005 saya sempat mengikuti salah satu program FNS di sekolah mereka di Gummersbach, Jerman.
Dalam perjalanan kembali ke pintu utama untuk meninggalkan ballroom, langkah saya dihentikan seseorang yang memanggil.
Mbak Silvy, sejawat saat mengajar di London School of Public Relations (LSPR).
“Mau ke mana?” tanya dia.
“Mau pulang. Jerman bukan circle saya,” saya jawab bercanda.
“Oh iya, dikau circlenya Korea,” katanya yang selalu riang tertawa. Saya pun tertawa.
***
Saya lanjutkan sedikit.
Dalam studi reunifikasi, kasus Jerman, juga Vietnam, sering digunakan sebagai pembanding untuk reunifikasi Korea.
Tahun 2016 Presiden Park Geunhye menawarkan model reunifikasi Jerman untuk menghentikan konflik Korea. Tentu Korea Utara tidak berkenan karena model Jerman ini dilakukan setelah salah satu pihak mengibarkan bendera putih.
Dalam kasus Jerman, yang mengibarkan bendera putih adalah Jerman Timur yang sebelumnya merupakan satelit Uni Soviet. Hal yang kurang lebih sama juga terjadi dengan Vietnam. Dalam hal ini Vietnam Selatan yang tadinya merupakan proxy Amerika Serikat, akhirnya menyerah kalah setelah ditinggalkan Paman Sam.
Korea Utara memilih model “satu negara dua sistem” konfederasi atau federasi yang longgar seperti yang pernah dibicarakan dalam pertemuan Kim Jong Il dan Kim Daejung tahun 2000.
Kita sudah sama membaca bagaimana dinamika di Korea.
Sampai pada akhirnya pertengahan Januari lalu Kim Jong Un menghapuskan reunifikasi dari kamus kehidupan berbangsa dan bernegara Korea Utara. Kim Jong Un menawarkan “two state solution” untuk mengakhiri pertikaian yang panjang.
