Hal Tunisia

Tak terasa lebih dari satu setengah jam saya bertukar cerita dengan Yang Mulia Mohamed Trabelsi, pekan lalu. Ia baru sekitar empat bulan bertugas di Jakarta sebagai Duta Besar Republik Tunisia untuk Republik Indonesia.

Di antara yang kami bicarakan adalah sejarah Tunisia yang amat panjang. Terutama dari era Kartago yang awalnya koloni Punisia, lalu era ketika Kartago menguasai Mediterania dan beberapa pulau di selatan Italia sekarang, sampai Kartago jatuh dan dikuasai Romawi.

Nama Afrika merujuk pada Tunisia ketika masih menjadi provinsi milik Romawi. Pada perkembangannya Afrika menjadi nama keseluruhan benua.

Julius Caesar pun pernah mendatangi Tunisia untuk mengejar kelompok pengikut lawan politiknya.

Yang juga berkesan, tentu saja kisah Ibnu Khaldun, sosiolog dan sejarawan yang lahir di Tunisia pada 1332 dan meninggal dunia pada 1406. Salah satu kitab yang ditulisnya, Mukadimah, sangat terkenal di kalangan penstudi ilmu sosial dan politik di banyak negara, termasuk di Indonesia.

Tidak hanya mencatat dan mendeskripsikan fenomena sosial yang direkamnya dan memberikan penjelasan kausalitas terhadap fenomena-fenomena itu, Ibnu Khaldun juga menguraikan metode berpikir induktif dan deduktif dalam mengambil kesimpulan-kesimpulan sehingga setidaknya berada pada titik terdekat dari fenomena.

Mukadimah, seperti namanya adalah bab pembuka dari serangkaian karya Ibnu Khaldun.

Saat berkunjung ke Universitas Qarawiyyin di Fes, Maroko, Juli lalu, kami berkesempatan melihat manuskrip yang ditulis Ibnu Khaldun. Judulnya “Kitābu l-ʻibari wa Dīwāni l-Mubtada’ wal-Ḥabar fī ayāmi l-ʻarab wal-ʿajam wal-barbar, waman ʻĀsarahum min Dhawī sh-Shalṭāni l-Akbār” atau “Buku Pelajaran, Rekaman Awal dan Kejadian dalam Sejarah Arab, Bangsa Asing, dan Berber, dan Kekuasaan Kontemporer Mereka”.

Universitas Qarawiyyin didirikan tahun 859 oleh Fatima al-Fihria, putri seorang pedagang kaya bernama Muhammad Al-Fihri yang bermigrasi dari Kairouan, Tunisia.

Leave a comment