





Fasisme menemukan bentuk baru seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan menguasai dan mengendalikan ruang digital kaum neofasis menyerang pihak-pihak yang tidak mereka inginkan dan membangun kebencian massal pada mereka.
Ketika membuka “Kongres Dunia Melawan Fasisme, Neo-fasisme, dan Ekspresi Serupa” di Centro de Convenciones Parque Bolívar, Caracas, Rabu siang (10/9), Wakil Presiden Republik Bolivarian Venezuela, Delcy Rodriguez, menunjuk hidung Elon Musk sebagai salah seorang tokoh fasis.
Di mata Venezuela, seperti pemerintah Amerika Serikat, Elon Musk yang memiliki aplikasi X yang populer menanamkan kebencian di tengah masyarakat dunia pada Venezuela.
“Hanya karena rakyat Venezuela menolak keinginan mereka untuk kembali menguasai negara kami,” ujar wanita berusia 55 tahun yang pernah menjadi Menteri Tenaga Rakyat untuk Komunikasi dan Informasi (2013-2014) dan Menteri Luar Negeri (2014-2017).
Setelah pemungutan suara Pilpres 2024 tanggal 28 Juli yang diikuti protes dari kelompok oposisi yang tidak menerima kekalahan, Elon Musk berkicau di akun X mengatakan bahwa telah terjadi kecurangan besar. Dia juga mengatakan Nicolas Maduro Moros yang kembali memenangkan pemilihan sebagai diktator dan badut.
Sebagai balasan atas kicauan Elon Masuk, Maduro sempat memblokir aplikasi X selama 10 hari sejak tanggal 9 Agustus.
“Ini adalah respon kami. Hari ini Anda hadir dan melihat rakyat Venezuela bekerja untuk masa depan mereka. Rakyat kami memiliki kesabaran dan tidak akan menegosiasikan masa depan mereka dengan dengan kepentingan kaum fasis yang ingin menghancurkan kedaulatan kami,” ujar Delcy yang menjadi Wakil Presiden pertama kali usai Pilpres 2018 dan kembali ditunjuk Maduro sebagai Wakil Presidan dalam susunan kabinet baru.
Amerika Serikat tidak mengakui pemerintahan Venezuela. Tapi, kata Delcy Rodriguez lagi, “Who cares? Siapa yang peduli?”
“Rakyat kami telah meratifikasi pemerintahan Maduro dengan perjuangan dan harga diri,” demikian Delcy Rodriguez.
“Kongres Dunia Melawan Fasisme, Neo-Fasisme, dan Ekspresi Serupa” digelar Venezuela tidak hanya untuk membela kepentingan dan kedaulatan Venezuela pasca Pilpres 2024 yang digelar akhir Juli lalu, tapi juga untuk membela perjuangan bangsa terjajah di muka bumi, terkhusus Palestina.
Kongres dihadiri ratusan delegasi internasional dari setidaknya 95 negara. Ruang pertemuan yang berukuran besar itu dibagi tiga. Bagian depan menjadi semacam arena pameran berbagai produk yang dihasilkan masyarakat Venezuela, juga booth media yang melakukan wawancarakan langsung di lokasi Kongres.
Lalu bagian tengah menjadi semacam tempat rendezvous para peserta, dipenuhi meja kursi dan, juga kafe mini untuk melayani peserta. Lalu bagian terakhir adalah ruang Kongres yang bisa menampung sekitar 1.000 orang. []
