Sedang Viral

Di banyak negara, sungai memainkan peranan penting. Di masa silam, ia menjadi tempat tumbuh dan berkembang peradaban. Di masa kini ia dimanfaatkan untuk menopang pertumbuhan ekonomi.

Ini yang terjadi dengan Sungai Yangtze di barat China.

Berasal dari Pegunungan Tanggula di dataran tinggi Tibet, Sungai Yangtze mengalir sejauh 6.300 kilometer ke arah timur, melintasi kota-kota penting seperti Luzhou, Chongqing, Yichang, Jingzhou, Yueyang, Changsha, Wuhan, Jiujiang, Anqing, Tongling, Wuhu, Nanjing, Zhenjiang, Yangzhou, Nantong, hingga bermuara di Shanghai.

Sungai Yangtze tercatat sebagai sungai terpanjang di daratan Euroasia, dan ketiga terpanjang di dunia setelah Sungai Nil di Afrika (6.650 kilometer) dan Sungai Amazon di Amerika Latin (6.400 kilometer).

Kemarin pagi kami berkunjung ke Galeri Perencanaan Chongqing di Jalan Nanbin, Distrik Nan’an. Lokasi gedung bergaya arsitektur futuristik ini cukup unik, persis di seberang percabangan Sungai Yangtze dan Sungai Jialing yang mengalir sejauh 223 kilometer dari Lembah Jialing, Shaanxi, di utara.

Pertemuan dua sungai ini membentuk semacam teluk yang sangat ikonik yang kini dikenal sebagai Distrik Yuzhong dan merupakan pusat dari Munisipalitas Chongqing sejak dulu.

Misalnya, ketika Perang China-Jepang Kedua antara 1937 sampai 1945, pemerintah Republik China yang dikuasai Kuomintang ketika itu memindahkan pusat pemerintahan ke Yuzhong. Tahun 1980, gedung yang pernah digunakan sebagai pusat pemerintahan Kuomintang di masa perang dihancurkan.

Di dinding utama lantai dasar Galeri Perencanaan Chongqing dipamerkan dua foto raksasa yang memperlihatkan penampilan Distrik Yuzhong di tahun 1920 dan hari ini. Tentu sangat jauh berbeda. Pada foto tahun 1920 itu Yuzhong tampak begitu lusuh dan kumuh. Sementara kini tampil begitu modern dengan pencakar-pencakar langit yang perkasa dan sebagai tuan rumah bagi perusahaan-perusahaan keuangan multinasional.

Bagi pemerintah China yang sedang berupaya mendorong pembangunan di wilayah barat, Chongqing adalah frontliner. Keberhasilan pembangunan Chongqing yang memanfaatkan aliran Sungai Yangtze akan menulari kota-kota lain di kawasan.

Sedemikian penting arti Chongqing untuk pemerataan pembangunan China, sehingga pemerintah pusat menjadikan Chongqing sebagai satu dari empat munisipalitas yang berada langsung di bawah pemerintah pusat, dan satu-satunya munisipalitas yang berada di barat dan di tengah daratan. Tiga munisipalitas lainnya adalah Beijing, Tianjin, dan Shanghai yang semuanya berada di pesisir timur.

Dalam kerangka Belt and Road Initiative (BRI), Chongqing terkoneksi dengan dunia luar memanfaatkan infrastruktur darat ke arah selatan, jalur rel kereta ke Eropa, jalur udara ke banyak negara, dan aliran Sungai Yangtze.

Saat berkunjung ke Pusat Logistik Chongqing, sekelompok wartawan lokal meminta saya mengomentari distribusi logistik yang memanfaatkan keempat jalur di Chongqing itu.

Saya kira itu hanya pertanyaan basa-basi. Ternyata tidak. Mereka serius. Sore tadi saya dikirimi link berita yang antara lain mengutip komentar saya.

Bunyinya begini:

“Menurut saya, ini adalah salah satu jalur distribusi logistik terbaik di dunia, dan saya rasa kita dapat memanfaatkan ini sebagai titik strategis untuk menyebarluaskan dan, pada saat yang sama, mengembangkan tidak hanya China dan kawasan kita, tetapi juga seluruh dunia.”

Saya juga mengatakan jalur distribusi logistik yang dibangun pemerintah China di Chongqing konsisten dengan semangat reformasi dan keterbukaan yang dikembangkan Deng Xiaoping di dekade 1980an dan semakin dimatangkan oleh pemerintahan Presiden Xi Jinping.

Terakhir saya menambahkan, Chongqing yang merupakan simpul penting BRI, secara bertahap menjadi jendela penting bagi masyarakat Indonesia untuk memahami dan mengenal China.

Pernyataan terakhir ini tidak main-main. Karena Chongqing sedang viral di Indonesia. Tempat-tempat wisatanya yang memanfaatkan keunikan alam Chongqing yang terbentuk dari bukit dan pegunungan juga aliran Sungai Yangtze jadi konten di banyak platform digital.

Ada cerita tentang apartemen yang jumlah lantainya tidak konsisten karena dibangun di sisi bukit. Sehingga jumlah lantai tergantung pintu mana yang digunakan untuk memasuki apartemen itu, apakah pintu di atas atau di dasar bukit.

Juga ada cerita kereta monorail di Distrik Yuzhong yang seakan menembus apartemen. Sebetulnya kereta itu tidak menembus apartemen tetapi memasuki Stasiun Liziba yang ada di dalamnya. Kata teman saya, teknologi khusus digunakan sehingga suara kereta tidak mengganggu penghuni apartemen.

Dan saya kira masih banyak lagi.[]

Leave a comment