Abadku, Lekra, dan Manikebu

Mein Jahrhundert” yang diinggriskan menjadi “My Century” dan kalau diindonesiakan menjadi “Abadku“. Karya Gunter Grass, sastrawan asal Jerman yang mendapatkan Nobel Sastra tahun 1999. Di tahun itu juga ia menerbitkan novel ini.

Saya lupa bagaimana bisa memiliki foto copy “My Century“. Tapi ia ada di dalam tas saya, saat bersama Surya Aslim, seorang teman baik yang sekarang menetap di Arab Saudi, mengunjungi rumah Pramudya Ananta Toer di Bogor.

Kunjungan ke rumah Pram suatu hari di tahun 2000 itu inisiatif Surya. Dari rumahnya di dekat Warung Jambu, tidak terlalu jauh.

Pram sedang mencangkul di kebunnya ketika kami tiba. Lalu dia berhenti mencangkul dan menemani kami di ruang tamunya.

Saya berkeliling ruang tamu Pram. Melihat satu per satu foto yang dipajang di dinding, sampai mata saya tiba di foto Pram dan Gunter.

Foto itulah yang menggerakkan saya mengambil buku Gunter di dalam tas saya dan menyerahkannya kepada Pram. Saya minta kesediaannya menandatangani buku itu. Pram kaget saya punya “My Century“. Lalu dia tandatangani. Saya senangnya minta ampun.

Surya pun membawa satu buku. Dia menyerahkannya pada Pram, dan minta agar ditandatangani juga.

Tapi, ini yang tidak saya sangka, Pram menolak.

Alasannya, buku itu ditulis salah seorang eksponen Manikebu.

Leave a comment