Dua Guru

Kata orang-orang tua di kampung halaman: jika tuan pergi merantau, induk semang cari dahulu.

Selesai kuliah di Bandung tahun 2000, saya tidak kembali ke Medan; memutuskan bertarung di rimba Jakarta. Beberapa teman sudah lebih dahulu ke sana. Saudara ada juga satu dua.

Guru, itu yang saya belum punya.

Pertemuan dgn guru pertama tak lama setelah bekerja menjadi kuli disket. Rachmawati Soekarnoputri (1950-2021) membukakan pintu untuk kesempatan2 lainnya. Bila teman2 kini kerap mengaitkan saya dgn Korea Utara, itu jasa beliau.

Dialah yg mengirim saya ke Pyongyang pertama kali tahun 2003. Sebagai utusannya! Setelah itu saya bolak balik ke Pyongyang. Kembali menjadi utusan Mbak Rachma di tahun 2015, mengantarkan Star of Soekarno utk Kim Jong Un.

Bahkan perjalanan liputan luar negeri pertama ke perbatasan Uzbekistan dan Afghanistan juga karena jasa beliau yg membangunkan saya di tengah malam utk mengabarkan AS telah melancarkan serangan pertama. Ini turut menyelamatkan wajah, halaman muka, Harian Rakyat Merdeka.

Tahun 2003, Mbak Rachma memperkenalkan saya dgn Rizal Ramli (1954-2024). Pribadi yg unik. Setelah itu, saya semakin akrab dgn pikiran mereka berdua. Saya merasa klop dgn mereka.

Mbak Rachma pendiri UBK. Saya sempat menjadi Wakil Rektor UBK, Rizal Ramli menjadi Ketua Dewan Kurator UBK.

Bang Rizal merekomendasikan saya utk ikut kursus singkat di NFSt Jerman tahun 2005. Dia juga yg merekomendasikan saya saat daftar beasiswa dari Ford Foundation dan akhirnya saya terdampar di Hawaii selama dua tahun.

Kini keduanya sudah tiada di muka bumi fana. Tapi pikiran-pikiran mereka rasanya akan bertahan utk waktu yg sangat lama. Insya Allah, abadi.

Leave a comment