Setelah 20 Tahun

Setelah 20 tahun saya kembali menginjakkan kaki di (bandara) kota ini. Guangzhou atau Kanton, kota terbesar sekaligus ibukota Provinsi Guandong di sisi selatan China.

Sekitar 120 km dari Hong Kong dan sekitar 145 km dari Macau. Keduanya terletak lebih di selatan lagi.

Kota yang dialiri oleh jejaring Sungai Mutiara ini memiliki sejarah yang panjang, setidaknya 2.200 tahun, dan merupakan salah satu titik persinggahan penting di era Jalur Sutra.

Guangzhou juga memainkan peranan penting menjelang Revolusi 1911 yang puncaknya adalah keberhasilan kaum nasionalis menggulingkan sistem monarki.

April 2003 saya mendarat di Guangzhou dalam perjalanan menuju Beijing, untuk selanjutnya menuju Pyongyang, Korea Utara.

Itu perjalanan yang menegangkan. Bukan karena tujuan akhir adalah Korea Utara yang baru saja dimasukkan dalam kelompok “Poros Setan” oleh Bush Jr.

Tapi karena sejak akhir 2002, Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) melanda China dan sejumlah negara.

Di Guangzhou sendiri kasus ini merebak di akhir Januari 2003, setelah pada November 2002 ditemukan di Foshan, kota lain di Provinsi Guandong.

Pesawat China Southern Air yang saya tumpangi meninggalkan Jakarta malam hari. Hampir semua penumpang mengenakan masker.

Penumpang di sebelah saya, kami dipisahkan satu kursi kosong, batuk sepanjang perjalanan. Membuat hati ini semakin tidak tenang.

Tiba di Guangzhou dalam keadaan setengah mengantuk dan takut-takut saya berlari kecil menuju terminal untuk penerbangan domestik ke Beijing.

Leave a comment