Tentang Taufiq Kiemas yang Tiga Kali Menggunting dalam Lipatan

Taufiq Kiemas adalah duri di dalam tubuh PDI Perjuangan.
Setidaknya, sudah tiga kali suami Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri itu berusaha menyabotase kebijakan politik istrinya.

Upaya sabotase pertama dilakukan Taufiq sesaat setelah PDIP terbukti gagal menjadi pemenang dalam Pemilu 2009 lalu. PDIP yang dalam pemilu pertama di era Reformasi tahun 1999 lalu menduduki tempat pertama dengan perolehan suara 33 persen, dalam Pemilu 2009 harus puas di urutan ketiga dengan perolehan suara sebesar 14 persen. Di tempat pertama dan kedua dalam Pemilu 2009 adalah Partai Demokrat (20 persen) dan Partai Golkar (14,45 persen).

Namun, walaupun kalah PDIP bersikeras untuk tetap mencalonkan Mega sebagai presiden dalam Pilpres 2009. Taufiq yang memperkirakan istrinya hanya akan menuai kekalahan tidak mau tinggal diam. Ia menjalin komunikasi yang intens dengan kubu SBY.

Buahnya adalah kunjungan motor penggerak kubu SBY, Hatta Rajasa, ke kediaman Mega dan Taufiq di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Kunjungan ini tak terpikirkan oleh banyak orang sebelumnya. Informasi yang dikumpulkan dari sejumlah politisi PDIP dan orang-orang yang dekat dengan keluarga Mega mengatakan bahwa SBY menggunakan kedekatan emosional Hatta dengan Taufiq Kiemas sebagai sesama wong kito galo dari Palembang. Selain itu, SBY juga memanfaatkan hubungan baik Hatta dan Sekjen PDIP Pramono Anung yang sama-sama alumni Institut Teknologi Bandung (ITB). Jaringan wong kito galo dan ITB connection inilah yang memuluskan kunjungan Hatta ke Teuku Umar.

Usai pertemuan, Hatta mengatakan bahwa dirinya diutus SBY untuk menjalin komunikasi politik dengan kubu Mega “demi sesuatu yang besar untuk bangsa dan negara.”

Namun informasi yang diperoleh dari kalangan di lingkaran satu PDIP dan keluarga Mega mengatakan, dalam pertemuan itu Hatta sempat memberikan sinyal ancaman untuk para petinggi PDIP. Kubu SBY memberi kesempatan kepada PDIP untuk berpikir ulang, apakah tetap melawan SBY di Pilpres 2009 dengan catatan bila kalah semua kasus hukum yang melibatkan petinggi PDIP akan dibuka, atau sejak dini menjalin koalisi.

Setelah kunjungan itu, kubu petinggi PDIP terbelah dua. Di satu sisi adalah Mega bersama kader muda yang masih setia pada jalan oposisi. Sementara di sisi lain adalah Taufiq Kiemas dan sejumlah petinggi senior PDIP yang takut berbagai kasus yang melilit mereka akan dibongkar oleh rejim SBY.

Dalam sebuah pertemuan terbatas, dikabarkan, bahwa Mega sempat marah kepada Taufiq Kiemas dan petinggi senior PDIP yang mengajak Mega berkoalisi dengan SBY. Dalam rapat terbatas itu, Mega mempersilakan siapa saja di antara mereka yang ingin berkoalisi dengan SBY. Tetapi, ujar Mega, orang PDIP yang ingin berkoalisi dengan SBY harus melepaskan keanggotaan mereka di partai berlambang banteng itu.

Beberapa kader PDIP yang dekat dengan keluarga Mega membenarkan cerita ini. Bahkan ada yang mengatakan bahwa walaupun Mega dan Taufiq sama-sama tinggal di rumah di Jalan Teuku Umar itu, namun sebetulnya mereka hidup terpisah selama tiga bulan.

Upaya sabotase kedua dilakukan Taufiq Kiemas setelah SBY terbukti menang dalam Pilpres 2009 dan sedang sibuk menyusun Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II. Taufiq Kiemas kembali mengajukan tawaran agar Mega membiarkan sejumlah kader PDIP, termasuk putri mereka, Puan Maharani, untuk bergabung dengan kabinet SBY. Tetapi Mega kembali menggelengkan kepala.

Di dalam dinamika inilah, Taufiq Kiemas berhasil menjadi Ketua MPR. Mengenai hal ini, seorang petinggi PDIP dalam sebuah pembicaraan di sebuah hotel di Cikini mengatakan bahwa awalnya mereka tidak punya niat sama sekali untuk mendudukkan Taufiq Kiemas di kursi Ketua MPR. Saat itu, deal politik antara Partai Demokrat dan PDIP adalah: PDIP akan mendukung upaya Partai Demokrat untuk merebut kursi Ketua DPR, sementara sebagai imbla jasa, Partai Demokrat akan mendukung PDIP merebut kursi ketua MPR.

Maka demikianlah, adalah Taufiq Kiemas yang melantik SBY sebagai Presiden RI periode 2009-2014. Adapun Mega menolak hadir dalam pelantikan itu.

Upaya sabotase terakhir dilakukan Taufiq Kiemas baru-baru ini. Taufiq Kiemas ikut dalam upaya mendongkel Boediono dari kursi wakil presiden, dengan harapan setelah itu SBY akan menunjukknya sebagai pengganti Boediono. Awalnya, cerita mengenai hal ini sulit untuk diyakini.

Tetapi dalam sebuah sarapan pagi, seorang petinggi PDIP yang dekat dengan keluarga Mega membenarkan.

Saat ditanya apakah ada orang DPP PDIP yang mendukung keinginan Taufiq Kiemas itu, sang politisi menggelengkan kepala.

Tetapi, sambungnya, “Kalau Bang Taufiq sudah mau sesuatu, dia biasanya tidak akan tinggal diam.”

Demikianlah. Upaya Taufiq Kiemas untuk terus menyabotase jalan oposisi Mega kelihatannya akan terus dilakukan. Tidak terkecuali di tengah Kongres III PDIP yang sedang berlangsung di Bali.

Leave a comment