Tercium Bau Kontra Intelijen di Balik Aliran Dana Century Versi Bendera

Data aliran dana Bank Century yang dibeberkan Benteng Rakyat untuk Demokrasi (Bendera) dicurigai sebagai bagian dari operasi kontra-intelijen kubu SBY untuk mendelegitimasi proses politik yang sedang berlangsung di DPR dan proses hukum yang sedang berlangsung di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Lho, kok bisa?

Dua hari lalu, Senin 30 November, Bendera mempublikasikan apa yang mereka sebut sebagai data penerima aliran dana bailout Bank Century. Dalam daftar itu, Bendera mencantumkan sejumlah nama tokoh dan lembaga yang memiliki hubungan dekat dengan Presiden SBY. Mulai dari Ketua Tim Kampanye Nasional Hatta Radjasa yang kini adalah Menko Perekonomian, dan Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Djoko Suyanto yang kini adalah Menko Polkam, sampai Ibas Yudhoyono, putra sulung SBY yang kini adalah anggota DPR dari Partai Demokrat. Pengusaha Siti Hartati Murdaya yang merupakan teman SBY sejak lama pun disebut sebagai penerima aliran dana itu. Tak lupa tiga bersaudara Mallarangeng.

Sehari kemudian, atau kemarin (Selasa 1 Desember), Hatta, Djoko, Andi Mallarangeng dan Ibas Yudhoyono melaporkan Bendera ke Polda Metro Jaya. Mereka menyebut data tersebut fitnah belaka. Masing-masing mereka membantah menerima aliran dana talangan Bank Century.

Di sinilah bau permainan itu mulai tercium.

Jurubicara Komite Bangkit Indonesia (KBI) Adhie Massardi mengatakan bahwa dari informasi yang diterimanya sejak data aliran dana Bank Century versi Bendera ini beredar, dia menyimpulkan ada permainan kontra-intelijen yang dilancarkan kubu SBY untuk melemahkan dan mendelegitimasi proses politik yang sedang bergulir di DPR dan proses hukum yang sedang bergulir di KPK untuk membongkar skandal ini.

Informasi yang diperoleh Adhie Massardi menyebutkan bahwa kelompok tertentu di kubu SBY menggunakan Bendera untuk meniupkan “fitnah yang memang disengaja.

Dalam hal ini, Bendera yang beberapa saat lalu mengusung kampanye ganyang Malaysia bisa jadi sadar atau tidak mengikuti permainan itu. Tetapi itu urusan yang kurang penting, ujar Adhie.

Yang jauh lebih penting, sebut mantan jurubicara presiden ini, belakangan SBY dan para pendukungnya kerap mengatakan bahwa mereka difitnah. Bahkan sampai kemarin, saat berbicara pada peringatan HUT ke-64 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), SBY masih menyanyikan lagu yang sudah beberapa kali dia nyanyikan dalam bulan ini: saya difitnah.

“Selama ini SBY selalu mengatakan dirinya difitnah. Tetapi belum ada bukti. Maka sekarang lah mereka menghadirkan bukti itu. Dan begitu ‘bukti fitnah’ ini muncul, mereka ramai-ramai menggugat ke polisi dan mengatakan itu fitnah. Kelak pada akhirnya mereka berhasil membuktikan bahwa itu adalah fitnah, karena itu memang fitnah yang mereka sengaja,” ujar Adhie.

Sejak awal, katanya lagi, dia sudah menaruh curiga pada angka-angka versi Bendera yang menurutnya to good to be true, terlalu sempurna.

Adhie juga mengatakan dirinya menyampaikan hal ini untuk menjaga élan dan semangat gerakan antikorupsi di tanah air. Hal ini penting untuk disampaikan, demikian Adhie, agar lapangan menjadi bersih dan terang benderang.

Leave a comment