Kabar bahwa Mabes Polri memiliki sebuah rekaman closed-circuit television atau CCTV yang memperlihatkan salah seorang pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tengah menerima suap sudah beredar luas sejak sekitar dua pekan lalu.
Rakyat Merdeka Online memperoleh kabar tentang hal ini dari kalangan yang memiliki hubungan dekat dengan Mabes Polri, sehari sebelum Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri memberitahu media massa pengunduran diri Komjen Susno Duadji dari posisi Kepala Bareskrim Mabes Polri.
Informasi awal yang diperoleh menyebutkan bahwa rekaman CCTV itu memperlihatkan Chandra M Hamzah sedang bertemu dengan seseorang, kalau tidak di Bellagio, ya di Pasar Festival. Kedua tempat ini disebut-sebut sebagai tempat terjadinya serah terima uang suap dari Anggoro Widjadja yang disampaikan lewat adiknya, Anggodo Widjaja, dan diteruskan lewat beberapa tangan.
Dalam sebuah pertemuan kongkow yang juga dihadiri seorang jenderal polisi bintang satu, sempat tercetus bahwa rekaman CCTV itu tidak akan diputar di depan umum kecuali bila Tim 8 merekomendasikan penghentian pengusutan penyidikan kasus penyalahgunaan wewenang Bibit dan Chandra yang sedang ditangani Mabes Polri.
Rabu (11/11) saat memutar sebuah rekaman video yang memperlihatkan Antasari Azhar di ruang pemeriksaan di Mabes Polri, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Nanan Sukarna mulai memberi sinyal “ancaman” yang ditujukan ke jantung pertahanan kubu Bibit dan Chandra.
Sebelum memutar rekaman Antasari itu Irjen Nanan mengatakan bahwa mereka masih mengantongi satu video lagi yang “akan menunjukkan siapa sebenarnya yang ingin membubarkan dan mengkriminalkan atau mengecilkan KPK.”
Pernyataan Nanan ini membuat dugaan bahwa Mabes Polri memang memegang rekaman CCTV yang bisa membuat malu kubu KPK semakin besar. Belakangan, informasi yang kembali berkembang di lapangan, menyebutkan bahwa bukan Chandra yang ada di dalam rekaman itu. Melainkan Bibit.
Benarkah?
Benarkah “itu” adalah rekaman Bibit? Bukan rekaman Chandra? Benarkah “itu” ada? Benarkah “itu” adalah rekaman yang memperlihatkan kriminalisasi KPK justru terjadi dari dalam?
Atau, apakah “itu” hanya bluffing Mabes Polri semata?
Kita masih harus menunggu.
