Kisah Lain Masjid Baiturrahim di Istana Merdeka

Saya sedang membuka-buka kembali tulisan lama di blog ini ketika menemukan cerita tentang Masjid Baiturrahim di kompleks Istana Kepresidenan di Jakarta.

Cerita ini disampaikan Bapak Teguh Wienarto, putra H. Mangil Martowidjiyo Komandan Detasemen Kawal Pribadi (DKP) Presiden Sukarno. Tahun 1999 lalu Pak Mangil menerbitkan buku yang diberi judul “Kesaksian tentang Bung Karno, 1945-1967”.

Tulisan ini disampaikan Pak Teguh Wienarto sebagai komentar atas tulisan saya yang berjudul Kali Ini Tak Ada Wanita Berbikini yang Menonton Shalat Idul Fitri. Saya menyukai cerita ini, dan karenanya memutuskan untuk mengangkatnya sebagai posting baru. Selamat menyimak.

Saya melihat judul tulisan Mas Teguh teringat cerita sejarah awal berdirinnya Masjid Baiturrahim dalam lingkungan Istana MERDEKA Jakarta, selain itu ada juga Kantor Presiden, Wisma Negara, dan Museum Istana Kepresidenan yang dilengkapi dengan pengaturan taman dan pepohonan yang membuat lokasi itu tampak asri. Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta memiliki total luas 6,8 hektare.

Istana Merdeka dibangun pada tahun 1879. Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pertama kali diadakan pada tahun 1950 tanggal 17 Agustus di Istana Merdeka. Sedangkan peringatan proklamasi sebelumnya diperingati di Tugu Proklamasi Jalan Proklamasi no. 56 rumah kediaman Bung Karno dimana pertama kali dibacakan teks Proklamasi oleh Soekarno dan Hatta 17 Agustus 1945.

Sebelum di bangun Masjid Baiturrahim berdiri lapangan tennis yang setiap pagi dan sore banyak pemain terutama wanita yang memakai rok pendek.

Bung Karno setiap pagi melihat para pemaian wanita yg bermain mempunyai ide daripada kalau ada tamu selalu terlihat para wanita bermain tenis dengan rok mini, maka Bung Karno memerintahkan lapangan tenis lebih baik di bangun masjid supaya lebih baik.

Saya mendengar cerita dari almarhum ayah saya,Bapak H. Mangil Martowidjiyo.