Di Iran, Amerika Serikat punya pahlawan baru: Neda Agha-Soltan.
Wanita berusia 26 tahun penggemar musik yang bercita-cita jadi pianis suatu hari nanti itu tewas dalam kerusuhan yang terjadi di pusat kota Tehran, pasca pemilihan presiden Iran, hari Sabtu lalu (20/6). Neda yang bergabung dengan kelompok pendukung Mir Hossein Moussavi yang kalah telak dalam pilpres tewas setelah sebuah peluru menghantam dadanya.
Tak kurang dari Presiden Amerika Serikat, Barak Hussein Obama, mengomentari kerusuhan dan kematian Neda itu.
“Ini memilukan. Dan saya kira, siapapun yang menyaksikan hal ini dapat mengetahui bahwa telah terjadi ketidakadilan di sana,” demikian kata Obama.
Amerika Serikat yang sejak lama menaruh curiga pada Iran memanfaatkan sebaik mungkin dinamikan politik di dalam negeri Iran, setelah sang incumbent Mahmoud Ahmadinejad menang dalam pemilihan presiden. Ahmadinejad adalah satu dari sedikit tokoh dunia yang berani bersuara keras menentang arogansi Amerika Serikat.
Berbagai berita dan laporan diturunkan media-media Amerika Serikat untuk menyudutkan pemerintahan Ahmadinejad. Berita tentang Neda dan gerakan oposisi di Iran pun menjadi laporan utama media-media Amerika. Akhir pekan lalu, Amerika Serikat sempat girang saat pemimpin spiritual Iran, Ali Khemenei, meminta agar pemerintah mengusut kecurangan dalam pemilihan itu. Namun, mereka terpaksa kecewa setelah Ali Khemenei justru menyatakan bahwa musuh-musuh Iran tengah memanfaatkan kisruh di dalam negeri mereka.

