Maukah Obama Memecah Belah Indonesia

barack obama PEMERINTAH baru di Amerika Serikat di bawah Barack Obama diharap mampu meniupkan angin segar perdamaian hingga ke Indonesia.  Hubungan pertahanan dan keamanan kedua negara, juga kerjasama dalam membongkar jaringan teroris pun diharap akan lebih positif. Di sisi lain, AS juga perlu menjaga komitmen dan tidak mengganggu kedaulatan Republik Indonesia seperti yang pernah terjadi di masa lalu.

Berikut ini adalah petikan wawancara dengan Wawan H. Purwanto, pengamat intelijen dan Staf Ahli Wapres RI untuk urusan Keamanan dan Kewilayahan yang menyempatkan diri mengikuti proses pemilihan presiden AS. Usai menyaksikan kemenangan Obama, Wawan menyempatkan diri singgah di kampung halaman Obama, Hawaii.

Bagaimana masa depan hubungan pertahanan-keamanan Indonesia dan Amerika Serikat yang segera dipimpin Barack Obama?

Obama lebih egaliter. Dia berusaha menciptakan hubungan yang lebih baik. Dia bersedia menarik pasukan AS dari Irak dan menyerahkan penanganan keamanan Irak kepada pemerintah negeri itu. Menurut saya ini adalah kabar baik dan angin segar bagi beberapa kawasan yang tengah diliputi konflik, juga bagi Indonesia.

Meskipun AS sudah mencabut embargo tetapi pada kenyataannya masih ada kesulitan yang dialami pihak Indonesia. Mudah-mudahan setelah Obama memerintah tidak ada lagi kendala, baik yang berkaitan dengan pendidikan militer juga pengadaan senjata.

Dulu, dalam kasus Timor Timur 1991, embargo dilakukan karena militer Indonesia dinilai represif dan melanggar HAM. Saat itu yang berkuasa di AS adalah Bill Clinton yang juga dari Partai Demokrat…

Kita harus membedakan Clinton dan Obama. Jelas ada hubungan historis antara Obama dan Indonesia. Kenyataan ini saya harap akan menciptakan relationship yang lebih dekat.

Dari sisi TNI, apakah TNI punya komitmen yang kuat untuk tidak melakukan represifitas dan melanggar HAM seperti di masa lalu?

Menurut saya sudah banyak perubahan di tubuh TNI. Reformasi dan reorganisasi terus dilakukan, termasuk dalam hal persenjataan dan bisnis. Dulu saat bebas berbisnis TNI juga bebas mengadakan senjata. Namun kini budgeting TNI berasal dari APBN, sehingga kontrol dari DPR bisa lebih ketat. Dengan demikian penggunaan senjata untuk represifitas menurut saya akan semakin kecil.

Bagaimana dengan sikap TNI di Papua? Apakah ada kecenderungan AS akan menggunakan Papua sebagai pretext (dalih) seperti dulu mereka menggunakan Timtim?

Menurut saya tidak ada alasan AS mengembargo Indonesia karena kasus Papua. Untuk kasus Timtim saya dapat memahami, karena sejak dari proses Timtim bergabung dengan Indonesia saja sudah debatable. Sebagian pihak mengatakan itu adalah aneksasi, sebagian lagi mengatakan integrasi. Berbeda dengan Papua yang integrasinya dengan Indonesia dilakukan lewat Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) yang diakui oleh PBB. Kita tidak ingin setback. Kalau ada tindakan yang melibatkan pihak militer kita itu hanya bersifat polisional atau penertiban.

Bagaimana kira-kira peran Indonesia dalam perang melawan terorisme di era Obama nanti?

Semua ini kembali kepada kebijakan politik luar negeri AS di Timur Tengah. Obama memang berkeinginan menarik pasukan Amerika dari Irak dan menyerahkan keamanan kepada pemerintah Irak. Tetapi kalau di Palestina masih ada kesan double standard, saya kita ini akan tetap memicu hot issue dan high tension dalam masalah teroris. Indonesia tentu terbawa. Apalagi ini multikompleks yang juga berkaitan dengan negara tetangga kita seperti Filipina, Thailand, Malaysia dan Singapura.

Selama ini operator di lapangan yang lebih sering bergerak dan menentukan keadaan ketimbang kebijakan dari pusat pemerintahan AS. Saya ingin pemerintah AS mengontrol pemainnya di lapangan terutama unit-unit terpisah yang selama ini seakan lepas kendali. Begitu juga dengan Israel. Selama ini unit-unit terpisah di Israel sering memancing di air keruh.

Mengenai terorisme di tanah air, Amrozy, Imam Samudera dan Mukhlas telah dieksekusi mati. Apakah masalahnya selesai?

Tidak selesai sampai di situ. Pada kenyataannya masih banyak hasil dari rekruitmen baru seperti di Palembang dan Plumpang. Dan masih ada lini lain termasuk yang kini masuk DPO, baik di Poso maupun di kawasan Jawa Tengah yang masih berkeliaran.

Banyak yang meragukan peristiwa bom Bali I adalah aksi tunggal kelompok Amrozy. Bagaimana menurut Anda?

Memang yang menjadi persoalan adalah siapa yang memasang C4 dan RDX pabrikan yang ditemukan dalam peristiwa itu. Sampai sekarang ini masih misterius. Rekonstruksi kasus ini pun tidak pernah berusaha mengungkapnya. Menurut saya ada 10 persen informas yang belum tergali. Dan ini yang dapat membuka tabir peristiwa bom Bali.

Apakah dengan demikian eksekusi Amrozy menutup upaya membongkar kasus bom Bali sampai ke akar?

Penggalian informasi baru harus dilakukan lewat orang-orang hasil rekruitmen yang telah ditangkap. Sejauh ini sudah lebih dari 300 orang yang ditangkap.

Menurut analisa Anda siapa yang memiliki C4 dan RDX itu?

Saya melihat ada tentara nakal. Di Filipina, misalnya, ada kolonel yang suka memasok senjata kepada pemberontak di Moro. Demikian juga di Thailand, ada sersan yang menjual amunisi dan senjata kepada kelompok Patani. Bisa juga (C4 dan RDX) diperoleh dari mereka.

Yang Anda sebut dengan tentara nakal apakah dari pihak TNI?

Bukan, mereka dari luar. Sampai saat ini saya tidak menemukan tentara nakal seperti itu di pihak TNI. Kalau ada anggota TNI yang nakal, mereka tidak menjual senjata organiknya. Tetapi ikut dari penyelundupan yang sumbernya sudah beda lagi.

Apa maksud dari kenakalan itu untuk membantu Amrozy Cs dalam menghadapi musuh Islam menurut mereka, atau ingin mengganggu kedaulatan Republik Indonesia?

Cenderung untuk mengganggu kedaulatan Indonesia, memporakporandakan ekonomi dan pariwisata. Mereka ingin menciptakan stigma Indonesia sebagai negara teroris dan mengail di air keruh.

Bila mundur ke belakang, maka kita mengetahui bahwa pihak yang paling berkepentingan dan berkeinginan membalkanisasi Indonesia adalah AS. Praktik itu mereka akui, misalnya, dalam kasus pemberontakan sejumlah pimpinan militer di Sumatera pada 1950an, juga ketika mereka mendukung DI/TII, PRRI/Permesta dan sebagainya. Apakah hal itu juga yang kini tengah terjadi?

Upaya itu pada kenyataannya terjadi. Bukan hanya AS, juga beberapa negara barat punya kepentingan itu. Dalam beberapa pertemuan internasional, misalnya, saya bertemu dengan pihak-pihak asing yang mengatakan bahwa dari Sabang sampai Merauke itu sama dengan dari London sampai Baghdad. Nah, dari London sampai Baghdad ada 16 negara. Mengapa dari Sabang sampai Merauke hanya ada satu negara. Opini miring seperti itu disebarkan kemana-mana dijadikan propaganda untuk mendorong perpecahan.

Menurut Anda, bila Obama dibisikkan propaganda seperti ini apakah dia akan menelan dan mendukungnya?

Saya yakin Barack Obama adalah seorang yang cerdas, dan tentu punya pemikiran sendiri untuk menciptakan perdamaian dunia. Saya menghargai upaya dia menarik pasukan AS dari Irak untuk mengurangi ketegangan di dunia. Berdasarkan pertimbangan itu besar harapan saya dia akan menjauhi pola-pola devide et impera

Leave a comment