Sultan HBX Makan Hati Melihat Reformasi, Rizal Ramli Sarankan Cari yang Berani

GUBERNUR Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengaku tidak berambisi dengan kekuasaan namun niatnya untuk bersedia maju menjadi salah satu calon presiden pada 2009 adalah karena ingin mengabdi kepada rakyat.

“Saya tak ambisi untuk merebut kekuasaan, saya hanya mau mengabdi. Karena itu saya tidak menyiapkan kendaraan politik. Kalau rakyat membutuhkan saya, mestinya parpol mau melakukan lobi untuk mendukung saya,” katanya di Jakarta, Senin (10/11) malam.

Dikutip dari Kompas dengan judul asli Sultan: Saya hanya Ingin Mengabdi.

Hal tersebut ditegaskan Sultan ketika menjadi salah satu pembicara dalam diskusi bertema “Kawasan Timur Cari Presiden Baru 2009” yang diselenggarakan Gerakan Solidaritas Kebangkitan Ekonomi Kawasan Timur Indonesia (TATA KTI).

Selain Sri Sultan, pembicara lain dalam diskusi tersebut antara lain mantan Menko Ekuin Rizal Ramli, Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad, dan staf ahli Menteri Pertanian Iskandar A Nuhung. Bertindak selaku moderator dalam acara itu adalah Presiden TATA KTI Zainal Bintang.

Sultan mengatakan, dirinya tidak berani mengatakan lebih baik dari calon presiden yang lain. “Tetapi apa artinya calon presiden yang bilang ingin merubah tapi rakyatnya tidak berubah. Mestinya tanya ke rakyat apakah mau berubah, kalau mau maka carilah pemimpin yang membawa perubahan. Pemimpin itu harus mau berubah, memihak ke rakyat,” katanya.

Sultan menegaskan, ia memberanikan diri untuk maju menjadi calon presiden karena sudah tidak tahan lagi menghadapi reformasi yang sudah 10 tahun berjalan namun tidak menghasilkan perubahan apa-apa. Karenanya, ia mengajak masyarakat Indonesia untuk memilih pemimpin yang bicara Indonesia, yakni yang mengerti keadaan rakyat sehingga mampu membangun rasa keadilan dan kesejahteraan rakyat.

Sultan mengatakan, mantan Presiden Soekarno merupakan “orang Jawa yang meng-Indonesia” karena tidak berhasil membangun rasa adil bagi bangsanya, sehingga muncul pemberontakan PRRI Permesta. Mantan Presiden Soeharto, katanya, juga “orang Jawa yang meng-Indonesia” karena menerapkan pola sentralistik, tidak boleh beda, sehingga terjadi Jawanisasi.

“Untuk tidak mengulang itu, carilah pemimpin yang namanya Indonesia, yang mengerti keadaan rakyat, membangun kerukunan bangsa, tidak membedakan satu sama lain, sehingga semua merasa terlindungi, terayomi dan merasa diperlakukan adil,” katanya.

Sultan berharap, pemimpin mendatang mau mengubah strategi dalam kebijakan yang tadinya bersifat kontinental menjadi bersifat maritim.

Pemimpin pemberani

Sementara itu, mantan Menko Ekuin Rizal Ramli mengatakan, Indonesia memerlukan pemimpin yang berani mengambil risiko.

“Tidak ada bangsa yang maju kalau pemimpinnya tidak berani mengambil risiko,” tegas Rizal Ramli yang juga telah menyatakan akan mencalonkan diri sebagai calon presiden pada 2009.

Karena itu, ia mengajak masyarakat untuk tidak memberi kesempatan kepada pemimpin yang telah gagal menyejahterakan rakyatnya. “Tahun 2009 harus menjadi awal kebangkitan rakyat, Indonesia harus menjadi negara besar di Asia,” katanya.

Ia menyebut pemimpin ke depan harus peduli terhadap kemajuan pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI) agar bisa sejajar dan maju dibandingkan Kawasan Barat Indonesia.

Sementara itu, Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad yang juga bersedia untuk maju menjadi capres pada 2009 mengatakan, rakyat semestinya mau memilih pemimpin yang mau membuat strategi kebijakan yang berbeda dengan yang sekarang. “Pilihlah pemimpin yang pro KTI dan punya strategi membangun KTI, berani, terpercaya, dan punya rekam jejak yang baik,” katanya.

Fadel mengaku sebagai gubernur telah menjadikan Gorontalo sebagai laboratoriumnya sebelum mempraktekkannya dalam skala yang lebih besar yakni menjadi pemimpin nasional. “Pemimpin harus berani untuk mengeluarkan kebijakan ekonomi khusus bagi daerah-daerah tertinggal, termasuk KTI. Mestinya ada perlakuan berbeda untuk daerah-daerah tertinggal yang membutuhkan instrumen infrastruktur yang besar seperti di KTI,” katanya.

One Reply to “”

  1. Salam

    NUMPANG BINGUNG

    Tuhan berkata jika disuatu negri masyarakatnya beriman kepada sang pencipta, maka negeri itu akan diturunkan ratu adil. Tapi jika sebaliknya full maksiat n jauh dari aturan Tuhan tunggu saja azabNya. Thn 1998 kita sepakat revolusi brirokrasi n konstitusi, wal-hasil makin parah.

    Satu koruptor dibrantas lahir 10, 10 dibrantas lahir 100, 100 dibrantas lahir 1000 koruptor dst. Tidak ada harapan selama model yang ditawarkan reformis, maka hasilnya sama saja bahkan bisa lebih parah.

    Pada seminar nasional 1994 Permadi SH pernah bilang INDONESIA AKAN MENJADI JAMRUD KHATULISTIWA Yaitu ketika BANGKITNYA TEKNOLOGI NENEK MOYANG Bukan teknologinya Habibi. Jika anda berkenan mari bersama sama mencari teknologi itu saya memdengar KONSEP BANYU MATARAM Pernah teruji dan Mataram mengalami kejayaan. Yaitu konsep “ING NGALOGO SAYIDIN PANOTO GOMO KHALIFATULLAH” dan mampu menghadirkan KENIKMATAN, KESENANGAN, KEPUASAN, DAN KEBERHASILAN Jauh melebihi nikmatnya bersanggama dg wanita cantik, harta banyak atau segala kemewahan dunia……

    Saya berfikir barang kali konsep ini yang dicari para calon pemimpin adil, yang bisa membuat para koruptor kapok, atau para durjana alih profesi dan semua orang berlomba untuk peroleh prestasi dihadapan Tuhan…..

Leave a comment