SETELAH berdesak-desakan dengan ribuan orang, Saleh Partaonan Daulay akhirnya bisa menyaksikan Barack Obama sekitar 200 meter dari panggung.
Dia beruntung dibandingkan begitu banyak orang yang tiba di The Oval setelah Obama turun dari panggung.
The Oval adalah sebuah taman luas di dalam Colorado State University yang dijadikan lokasi kampanye Obama. Disebut The Oval, karena bentuknya memang oval, bulat melonjong seperti telur.
Kampanye Obama yang digelar di CSU hari Minggu waktu Amerika (26/10) atau Senin pagi waktu Indonesia (27/10) sungguh luar biasa, kata Saleh via jaringan komunikasi YM.
Doktor lulusan Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta yang sedang mengambil master filsafat politik di CSU itu datang bersama istri dan anaknya. Dari tempat mereka berdiri, keluarga Saleh bisa mendengar dengan jelas isi kampanye dan pesan-pesan politik yang disampaikan Obama. Mereka sungguh larut dengan kegembiraan pada pendukung Obama.
Keluarga Saleh P. Daulay diantara pendukung Obama. Foto-foto dalam posting ini milik Saleh Daulay.
Bathinnya berkata, Obama pasti menang di Colorado yang selama ini dikenal sebagai salah satu red state, negara yang dikuasai Partai Republik.
“Memang tidak ada jaminan bahwa secara politik Obama akan berpengaruh pada kepentingan Indonesia dan kita sebagai warga negara Indonesia. Tetapi secara psikologis, Obama pasti akan lebih mengerti tentang Indonesia dibanding John McCain. Secara psikologis, dalam alam bawah sadar Obama telah tertanam suatu negara yang penting dalam hidupnya, yaitu Indonesia,” kata Saleh.
Dalam konteks inilah, sambung Saleh, Obama jauh lebih baik daripada McCain. Setidaknya, Obama tidak akan memandang Indonesia dengan sebelah mata. Selain itu, dia juga memperkirakan diplomasi dengan Obama akan jauh lebih mudah dan menguntungkan Indonesia dibandingkan diplomasi dengan McCain.
Panggung tempat Obama menyampaikan orasinya di The Oval, Colorado State University.
“Andaikata, misalnya, kita mau menegosiasi ulang hubungan ekonomi antara Indonesia dan Amerika, maka itu akan lebih mudah dilakukan bila presiden Amerika adalah Obama,” sambung Saleh.
Di mata Saleh, McCain adalah politisi yang gemar perang, persis seperti Presiden George W. Bush.
“Lihatlah isi kampanyenya. Dia selalu menanamkan kebencian, rasisme, dan juga sikap anti-Islam. Dia menjadikan Islam sebagai komoditi politik. Dia menakut-nakuti warga Amerika akan bahaya jihadis Islam. Ini kan baru kampanye, bagaimana kalau dia jadi presiden?” demikian ujar Saleh.
Pendapat Saleh senada dengan isi kampanye Obama di The Oval, CSU itu.
Obama menyambut gembira pengakuan McCain bahwa dirinya memiliki kesamaan filosofi dengan Presiden Bush, teman separtainya.
Selama ini di ajang kampanye McCain selalu mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang kritis dan berani mengambil sikap yang berseberangan dengan partainya dan temannya yang jadi presiden. McCain, seperti berkali-kali digambarkan cawapres Sarah Palin, adalah seorang independen dan maverick.
“Pagi ini, Senator McCain mengatakan, bahwa sesungguhnya dia dan Presiden Bush memiliki kesamaan filosofis. Itu benar, Colorado. Saya kira, akhirnya John McCain mengatakan sesuatu dengan terus terang kali ini,” kata Obama.
Pernyataan Obama ini merujuk pada pernyataan McCain dalam program Meet the Press yang dipandu Tom Brokaw dan ditayangkan NBC.
Kepada McCain, Tom Brokaw mengatakan bahwa dari catatan yang ada tampak jelas betapa 92 persen sikap politik McCain mendukung kebijakan Bush.
Antrean pendukung Obama berkilo-kilometer panjangnya menuju The Oval. Banyak diantara mereka yang tiba setelah Obama turun dari panggung. Macet.
“Jadi sulit bagi masyarakat untuk membedakan antara Anda dengan pemerintahan Bush, kan?” tanya Brokaw.
McCain menjawab, ada saat dimana dia dan pemerintahan Bush berseberangan. Tetapi, “(Bila ditanya) apakah kami memiliki filosofi Partai Republik yang sama? Tentu saja.”
“Namun saya berdiri melawan partai saya; bukan hanya Presiden Bush, juga yang lain. Saya punya luka untuk membuktikan hal itu. Apakah saya menghormati Presiden Bush? Tentu saja saya menghormatinya. Tetapi saya berani memperlihatkan kita sering kali berada di jalan yang salah,” ujar McCain lagi.
Dalam kampanye sehari sebelumnya, Obama juga menyoroti pengakuan McCain bahwa dirinya tidak sama dengan Bush dan karenanya kebijakannya tidak akan sama dengan kebijakan Bush yang dinilai banyak orang keluar dari kebijaksanaan dan nilai-nilai yang ditanamkan dan diagungkan tradisi politik Amerika.
Menurut Obama, pengakuan McCain ini sangat meragukan. Obama yang lahir dan besar di Hawaii mengandaikan hubungan baik Bush dan McCain seperti persahabatan erat antara Batman dan Robin.
Jadi, kalau sekarang McCain mengatakan bahwa pemerintahan Bush melakukan banyak kesalahan, itu seperti Robin marah kepada Batman.
Nah, begitulah. Maka di The Oval, diantara daun-daun yang gugur menguning di taman itu, Obama mengatakan, “Kita tidak akan membiarkan George Bush menyerahkan obor kepada McCain.”
Dan, dari tempatnya berdiri, Saleh ikut bertepuk tangan, memberikan dukungan kepada Obama.






memang analisis filosofis-politis abang kita yang satu itu mantap dan comperhensif. hidup bang saleh!!!! 😉
Bathin abang sudah benar..Abang cepat pulang la, biar bisa lagi maju jadi ketum pemuda muhammadiyah…hehehe…