Dipecat dari Komut Semen Gresik, Rizal Sebut Pemerintah Intervensi Politik

TIDAk ada alasan profesional di balik pemecatan Rizal Ramli dari posisi Komisaris Utama PT. Semen Gresik Tbk.

“Kinerja dan performa PT. Semen Gresik tidak pernah sebaik saat ini. Jadi menurut saya, pemerintah melakukan intervensi poilitik (di balik pemecatan ini),” kata Rizal kepada myRMnews beberapa saat lalu (Jumat, 27/6).

Bahkan, bulan Oktober tahun lalu lembaga pemeringkat Moody’s Investor Service menetapkan peringkat PT. Semen Gresik Tbk. pada Ba2 dengan prospek stabil atau skala nasional Aa2.id. Peringkat ini berada dua tingkat lebih tinggi di atas peringkat surat utang pemerintah.

Rizal dicopot dari posisi Komisaris Utama PT. Semen Gresik Tbk. lewat rapat umum pemegang saham luar biasa hari ini (Jumat, 27/6). RUPS LB yang digelar di Hotel Gren Melia, Jakarta, itu beragenda tunggal, yakni pencopotan Rizal.

Rizal yang juga Ketua Umum Komite Bangkit Indonesia (KBI) tengah berpolemik dengan Badan Intelijen Negara dan pemerintahan SBY.

Lebih jauh, dia bahkan dinilai berada di balik aksi menentang kenaikan harga BBM yang berpuncak pada demonstrasi di depan DPR hari Selasa lalu (24/6), ketika DPR menggelar sidang paripurna untuk menetapkan hak angket dalam menyelidiki kenaikan harga BBM.

Kursi Komisaris Utama PT. Semen Gresik diduduki Rizal sejak September 2006. Seperti di tempat-tempat tugas lain sebelumnya, Rizal Ramli juga melakukan sejumlah langkah strategis dan kebijakan terobosan untuk meningkatkan efisiensi, mendorong program pengurangan biaya dan meningkatkan keuntungan Semen Gresik.

Tujuan tersebut dicapai dengan melakukan konsolidasi dan integrasi ketiga perusahaan yaitu PT. Semen Gresik, PT. Semen Padang, dan PT. Semen Tonasa sehingga menjadi ”one company with three brands”. Dengan demikian, kompetisi internal antar PT dikurangi sehingga tercipta sinergi positif.

Bersama-sama Komisaris dan manajemen, dia mempersiapkan kerangka restrukturisasi organisasi dan finansial untuk jangka menengah. Hasilnya luar biasa. Laba bersihnya naik 29,3 persen menjadi Rp 1,295 triliun, dan EBITDA margin mencapai 26,1 persen pada tahun 2006.

Leave a comment