KOMITE Bangkit Indonesia (KBI) menyesalkan penangkapan Ferry J. Juliantono.
Dalam foto penangkapan Ferry, tampak Ferry yang mengenakan T-shirt belang hijau tua dan menenteng tas tengah digiring oleh polisi berbaju sipil. Ferry meringis, sementara polisi yang memegang lehernya memelototkan mata.
Jurubicara KBI Adhie Massardi menyebut penangkapan itu sebagai penculikan. Sebab, katanya kepada myRMnews beberapa saat lalu (Jumat, 27/6) belum ada kepastian status hukum Ferry.
Alasan penangkapan itu pun, masih kata Adhie, jelas mengada-ada. Ferry yang juga sekretaris jenderal KBI sama sekali tidak menunggangi apalagi menjadi dalang dari kerusuhan yang terjadi di tengah demonstrasi menentang kenaikan harga BBM di depan DPR, hari Selasa lalu (24/6).
KBI, menurut Adhie, telah menyerahkan kasus ini kepada kuasa hukum KBI, Chudry Sitompul.
“Sebagai organisasi yang mempromosikan jalan baru ekonomi Indonesia yang lebih bermartabat, kami akan jalan terus, dan tidak akan melempem hanya karena teman kami ditangkap dan diperlakukan secara semena-mena,” katanya.
Ferry meninggalkan Guangzhou, Republik Rakyat China, siang tadi. Dia sempat berhenti di Malaysia. Awalnya, di negara tetangga itu Ferry akan melakukan general check up.
Ide general check up ini berasal dari teman-temannya di Jakarta, yang merasa hal itu perlu dilakukan sebelum Ferry benar-benar ditangkap.
Tapi apa daya, Ferry tak berkesempatan melakukan general check up. Ia bahkan dilarang menghirup udara segar di Malaysia. Begitu tiba di Kuala Lumpur International Airport (KLIA), ia segera digiring ke Jakarta.
