SETIDAKNYA ada 17 tokoh yang dinilai layak mendampingi Megawati Soekarnoputri.
Tetapi mengapa tidak satu pun dari tokoh-tokoh itu yang menampakkan batang hidung di arena Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III di Makassar.
Berita ini juga dimuat di www.myrmnews.com.
Tadinya, kata Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Pramono Anung, ada 14 tokoh yang disebut-sebut layak mendampingi Mega. Pramono tidak menyebut ke-14 nama itu.
Namun beberapa nama yang belakangan kerap disebut pantas mendampingi Mega antara lain adalah Sri Sultan Hamengkubuwono, Wiranto, Rizal Ramli, Sutrisno Bachir, dan Din Syamsuddin.
Nah belakangan, sambung Pramono, di arena Rakernas III siang tadi (Selasa, 28/5), ada tiga gubernur muda yang mulai dipertimbangkan untuk mendampingi Mega.
Pramono pun tidak bersedia menyebut jatidiri ketiga gubernur muda itu. Pokoknya, sambung Pramono, ketiga gubernur itu adalah pemimpin yang mendapat dukungan besar dan dicintai rakyat.
Walau Pramono tak menyebut gubernur mana yang dipertimbangkan untuk ikut disaring sebagai kandidat “pacar” Mega di Pilpres 2009, namun beredar kabar bahwa ketiga gubernur itu adalah Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzi, Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad, dan Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Kembali ke pertanyaan di atas. Mengapa tidak satu pun dari tokoh-tokoh yang disebutkan layak mendampingi Mega itu tak memperlihatkan batang hidung di arena Rakernas III di Makassar ini?
Menurut Pramono, pihaknya sengaja tidak mengundang mereka untuk menghindarkan polemik dan gerilya politik ke pengurus cabang dan daerah PDIP.
“Kami ingin menghilangkan gerilya politik seperti itu,” kata Pramono menegaskan.
Megawati Soekarnoputri telah menginstruksikan pengurus partai itu di semua tingkat untuk mencari tokoh mana yang layak dipasangkan dengan dirinya dalam Pilpres 2009.
Keputusan mengenai tokoh yang layak mendampingi Mega tahun depan akan diputuskan dalam Rakernas IV yang akan digelar di Solo antara bulan Oktober atau November mendatang.
Adapun Rakernas III lebih fokus pada sosialisasi sistem penjaringan dan penyaringan calon anggota legislatif serta pematangan strategi nasional pemenangan Pemilu dan Pilpres 2009.
Mengapa “calon pacar Mega” diputuskan di Solo? Menurut Pramono sambil bercanda, karena makanan di Solo terkenal enak.
Namun bisa jadi, Solo dipilih karena secara geografis kota itu dekat dengan Yogyakarta, dan secara geneologis juga memiliki hubungan kekerabatan dengan Keraton Yogyakarta yang dipimpin Sri Sultan.
Apakah Solo sengaja dipilih sebagai isyarat bahwa PDIP akan sungguh-sungguh menggaet Sri Sultan?
Kita lihat saja nanti.

Pak Teguh,
bisakah saya minta email, nomor telepon, atau YM. Saya pengin ngobrol sedikit.
Thanks,
Budi
Majalah Tempo