Duh

KEPUTUSAN pemerintah menaikkan harga BBM mulai pukul 00.00 hari Sabtu, 24 Mei 2008, disambut demonstrasi di sejumlah tempat di tanah air.

Di Jakarta, demonstrasi menentang kenaikan harga BBM berlangsung hingga melewati tengah malam. Di Jambi mahasiswa menurunkan bendera merah-putih. Di Ambon mahasiswa membakar foto presiden SBY. Di Makassar mahasiswa melarung patung SBY. Di mana-mana mahasiswa meminta SBY mengundurkan diri.

”Malam ini di UKI Cawang ribuan mahasiswa dan rakyat sudah bergabung membakar ban dan kursi di jalan raya menolak kenaikan harga BBM. Ayo bergabung!” seseorang mengirim SMS menjelang pukul 10 malam.

25 menit lewat tengah malam, sebuah SMS kembali masuk.

”Seruan kepada pemuda, mahasiswa dan rakyat. Bersatu selamatkan bangsa dan rakyat. Mulai saat ini duduki DPR-RI dan DPRD se-Indonesia untuk menuntut: (1) Bubarkan MPR-RI, DPR-RI, dan DPD-RI, (2) kembali ke UUD 1945,” tulis SMS yang dikirimkan Forum Kepemimpinan Pemuda Indonesia (FKPI), sambil meminta doa restu.

Siang hari sebelumnya, sebuah SMS singgah mengundang rapat persiapan pembangkangan sipil dan mogok massal nasional.

Saat menyampaikan pengumuman resmi kenaikan harga BBM Jumat malam (23/5) di Gedung Depkeu, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, mengatakan kenaikan harga BBM dilakukan dengan ”mempertimbangkan subsidi yang membengkak sehingga memberatkan APBN.”

Dan menaikkan harga BBM dipandang sebagai jalan terakhir untuk menyelematkan pundi-pundi negara hingga Rp 21 triliun.

20 Mei 2008, di tenngah demonstrasi dari Bundaran HI ke Istana, saya mendengar orasi Rizal Ramli. Katanya, kalau hanya untuk menyelamatkan APBN, pemerintah dapat memangkas pos-pos yang tidak perlu dalam APBN. Misalnya, Rp 35 tiliun dana bank rekap. Atau Rp 25 triliun pembayaran utang dan bunga utang luar negeri.

”Negeri ini punya banyak cawan emas. Tetapi dengan batok kelapa pemimpinnya mengajarkan rakyat mengemis dan menjadi antek asing,” ujar Rizal.

One Reply to “”

Leave a comment