Dikotomi Politisi Tua Lawan Politisi Muda Menyesatkan

DI DALAM politik, dikotomi tua dan muda menyesatkan. Usia tidak menjadi jaminan sikap pro-rakyat, pro-reformasi dan progresif. Persaingan politik idealnya dilakukan secara terbuka tanpa menyertakan embel-embel tua atau muda.

Demikian disampaikan anggota Komisi I DPR-RI dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Tosari Wijaya di depan mahasiswa Indonesia di Honolulu, Hawaii, Rabu sore waktu setempat (23/4) atau Kamis siang waktu Indonesia.

Alat ukur utama untuk menilai seorang politisi, sebut dia, adalah komitmen, bukan usia.

Sikapnya ini, sebut Tosari, dia sampaikan bukan untuk membela politisi berusia tua, juga bukan untuk mengecilkan peranan politisi berusia muda. Tosari sendiri mengatakan dirinya sudah berkomitmen tidak akan mencalonkan diri dalam Pemilu 2009 mendatang. Dengan demikian, periode 2004-2009 adalah periode terakhir dia berkantor sebagai anggota DPR.

Tosari juga mengatakan dirinya pernah melakukan penelitian kecil mengenai produktifitas DPR periode 1999-2004 dan periode 2004-2009. Dari penelitian kecil ini dia menyimpulkan bahwa DPR periode 1999-2004 lebih produktif dibandingkan DPR periode 2004-2009.

Setelah diteliti lebih lanjut, akhirnya ia tiba pada dugaan jangan-jangan produktifitas yang turun ini akibat DPR periode 2004-2009 diisi oleh “orang-orang muda”. Hanya sekitar 20 persen anggota DPR periode 2004-2009 adalah anggota DPR periode sebelumnya, kata Tosari.

“Gagasan untuk mendorong politisi muda sudah bagus. Saya setuju. Tetapi politik dan sikap politik diukur dari komitmen. Tidak semata-mata dari faktor usia. Dan usia muda belum tentu reformis,” sebut dia.

Pertanyaan mengenai upaya mendorong politisi muda disampaikan oleh Pramono U. Tanthowi, mahasiwa program Ilmu Politik University of Hawaii at Manoa (UHM). Menurut Pramono sejauh ini hanya Partai Amanat Nasional (PAN) yang memiliki aturan jelas tentang pembatasan periode anggota DPR. Pembatasan ini, sebut dia diharapkan menghasilkan regenerasi politik yang sehat di tubuh partai berlambang matahari itu.

Tosari Wijaya dan beberapa anggota DPR lainnya mengjungi Hawaii untuk mengikuti workshop demokrasi yang digelar House Democracy Assistance Commission sebuah lembaga di bawah DPR Amerika Serikat. Workshop ini akan berlanjut di Washington D.C. akhir pekan ini.

Selain Tosari, delegasi DPR-RI juga diperkuat oleh Theo Sambuaga, Marzuki Darussman, dan Antarini Malik dari Golkar, serta Abdillah Toha dan Djoko Susilo dari Partai Amanat Nasional (PAN), serta anggota Komisi IV Ujiati Tosari Wijaya.

One Reply to “”

Leave a comment