ISRAEL memang tak pernah mau serius berdamai dengan Palestina. Di tengah suhu antara kedua negara itu yang semakin memanas, pemerintahan Ehud Olmert malah bertekad memperluas pemukiman Yahudi di Tepi Barat.
Pejabat Paletina menilai rencana pembangunan pemukiman Yahudi di Givat Zeev, tak jauh dari Jerusalem, seperti memasukkan tongkat ke tengah lingkaran roda perdamaian yang sedang berputar.
Juru bicara Olmert, Mark Regev, mengatakan rencana ini sudah dibicarakan pemerintah Israel sembilan tahun lalu, dan baru disetujui hari Minggu kemarin. Rencana ini disebutkan sebagai sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan politik, melainkan berkaitan dengan alasan ekonomi.
Koran Israel, Haaretz, mengatakan pihak pengembang Israel sudah memulai memasarkan rumah di kawasan itu tahun 1999 silam. Tetapi proses pemasaran dihentikan saat gerakan Intifadah kembali merebak, menyusul kunjungan Ariel Sharon ke Temple Mount di Jerusalem.
Permintaan rumah yang tinggi dan faktor keamanan di Tepi Barat yang semakin baik belakangan ini membuat pihak pengembang perumahan itu mengajukan permintaan agar mereka diperbolehkan melanjutkan proyek.
Rencana pembangunan ini disampaikan Israel sehari sebelum kedua pihak memulai kembali pembicaraan damai dengan Letnan Jenderal William Fraser III yang ditunjuk Presiden George W Bush untuk memantau proses damai di Timur Tengah.
Fraser akan melanjutkan pembicaraan damai yang dihasilkan tahun 2003 lalu, yang juga diikuti oleh Mideast Quartet yang terdiri dari Amerika Serikat, PBB, Rusia, dan Uni Eropa.
Dalam pembicaraan damai itu pemerintah Palestina diminta untuk melucuti kelompok garis keras, dan pemerintah Israel diminta untuk menghentikan proyek pembangunan perumahan di Tepi Barat yang berbatasan dengan Yordania.
Pimpinan delegasi Palestina Saeb Erakat mengatakan pihaknya menyesalkan dan mengecam pembangunan di Givat Zeev.
“Ini seperti memasukkan tongkat ke tengah lingkaran roda perdamaian yang sedang berputar,” katanya.
Konflik kedua negara kembali memanas dua pekan terakhir. Israel mengisolasi dan memborbardir Jalur Gaza. Lebih dari 125 orang tewas dalam serangan beruntun yang dilancarkan selama lima hari.
Beberapa hari lalu, sebuah penembakan terjadi di seminari Yahudi di pusat Jerusalem. Delapan mahasiswa tewas dalam kejadian itu.
