PUTRI Maha Chakri Sirindhorn berkunjung ke Hawaii. Anak kedua Raja Bhumibol Ayulyadej dan Ratu Sirikit ini menjadi tamu kehormatan East West Center (EWC).
Gala dinner untuk menyambut sang Putri akan digelar Jumat malam (29/2) di Coral Ballroom Hotel Hilton, Honolulu.
Dalam gala dinner Sang Putri akan mewakili ayahnya menerima Center’s Asia Pacific Community Building Award.
Gala dinner ini juga dimaksudkan sebagai ajang fund rising. Sekitar 750 tamu, dari 800 tamu yang diperkirakan akan hadir, “membeli” meja minimal 200 dolar AS. Harga meja semakin tinggi tergantung posisi, dan logo sponsor yang dipasang di tiap meja.
Juga akan digelar Silent Auction dan International Bazaar.
Silent Auction rada mirip dengan lelang. Bedanya, proses lelang ini dilakukan tanpa suara, tanpa teriak-teriak. Persis seperti namanya: Jual Beli dalam Sepi.
Seseorang yang tertarik pada barang yang ditawarkan cukup menuliskan nama berikut harga yang berani diajukan di selembar formulir. Seperti dalam proses lelang, penawar berikutnya pastilah menuliskan harga yang lebih tinggi dari penawar sebelumnya. Begitu seterusnya, sampai ditemukan penawar dengan harga tertinggi.
Uang yang dikumpulkan dalam gala dinner ini akan dipergunakan untuk program pendidikan di EWC.
Putri Maha Chakri dan rombongannya akan mengenakan baju hitam. Ini karena keluarga Kerajaan Thailand masih berduka. Beberapa hari lalu salah seorang saudara perempuan Raja Bhumibol meninggal dunia. Sesuai tradisi dan adat kebiasaan di Kerajaan, selama 100 hari masa berkabung anggota keluarga Kerajaan diwajibkan memperlihatkan tanda duka cita mereka. Antara lain dengan mengenakan baju hitam.
Dalam panduan yang dibagikan di acara technical meeting hari Rabu kemarin (27/2), dituliskan bahwa Sang Putri akan sangat menghargai bila tamu-tamu yang duduk di meja depan mengenakan pakaian berwarna gelap.
Mahasiswa asal Thailand juga diminta mengenakan baju hitam di acara makan malam itu. Sementara mahasiswa internasional disarankan mengenakan baju tradisional negara masing-masing, untuk menggambarkan keberagaman dan multikulturalisme.
Tamu yang ikut makan malam diminta untuk tidak memotret selama makan malam berlangsung.
Juga diminta agar menjaga sopan santun. Misalnya, bila hendak keluar dari ruang makan untuk ke kamar kecil, sangat disarankan untuk membungkukkan badan ke arah Sang Putri. Walaupun Anda duduk di meja paling pojok.
Tamu juga diingatkan bahwa dalam tradisi Thailand, seperti masyarakat timur lainnya, menyentuh makanan dengan tangan kiri adalah tidak sopan. Sementara untuk memasukkan makanan ke mulut, tamu diminta menggunakan sendok, bukan garpu.
Meminum minuman beralkohol tidak dilarang. Tetapi mabuk atau hilang kesadaran karena minuman beralkohol sangat tidak sopan.
Ketika membaca bagian ini, saya teringat pada Bang Haji Rhoma Irama.
“Minuman keras… miras… apapun namamu, tak akan ku minum lagi dan tak akan kuteguk lagi, walau setetes… setetes…”
