PEMERINTAHAN Raul Casto yang baru berusia beberapa hari menghadapi persoalan pertama: tingkat produktivitas Kuba terbilang rendah. Rakyat Kuba pun kelihatannya kurang bekerja keras.
Koran pemerintah Granma baru-baru ini menurunkan sebuah artikel yang berjudul, “Kerja: Pilihan atau Kebutuhan?”
Penulis artikel di Granma itu mengamati jumlah rakyat Kuba yang berada di jalanan pada siang hari. Keadaan ini membuat si penulis artikel menyimpulkan bahwa banyak orang Kuba yang tidak bekerja.
Rakyat Kuba, masih sebut artikel itu, kurang memiliki motivasi untuk bekerja keras. Sebabnya antara lain karena tingkat penghasilan yang rendah, yakni hanya sekitar 15 dolar AS atau setara Rp 150 ribu per bulan. Di sisi lain, rakyat Kuba pun mendapatkan subsidi makanan walau mereka tidak bekerja.
“Ada keingingan kuat untuk secara bertahap melindungi dan menaikkan pendapatan serta tabungan rakyat, terutama yang berada di garis bawah,” kata Presiden Raul Castro, adik mantan penguasa Kuba, Fidel Castro.
Dalam pernyataannya itu, Raul menegaskan Kuba harus meningkatkan produktivitas.
“Negara kita punya prioritas untuk mencukupi kebutuhan dasar masyarakat, baik material maupun spiritual, seiring dengan penguatan ekonomi nasional. Dan produktivitas tanpa pembangunan akan mustahil dilakukan,” kata Raul dalam pidato yang disampaikannya hari Senin, atau sehari setelah dipilih oleh Majelis Nasional menggantikan Fidel Castro.
Sejauh ini, banyak masyarakat Kuba yang mendesak reformasi tanpa mengaitkan desakan mereka itu dengan peningkatan produktivitas.
Sementara itu banyak pihak yang masih meragukan kemampuan Raul Castro membawa negerinya ke arah yang lebih baik.
Castro yang sebelumnya dikenal sebagai salah seorang pendiri dan pemimpin tentara revolusioner Kuba memiliki hubungan yang amat dekat dengan kakaknya, Fidel Castro. Inilah yang dianggap akan menjadi penghalang utama reformasi Kuba.
