PERSAINGAN dua jago dari Partai Demokrat, Senator Illinois Barack Obama dan Senator New York Hillary Clinton, semakin panas.
Menjelang primary election yang akan digelar di Ohio dan Texas awal Maret nanti, baik Obama, apalagi Hillary, semakin berani mengeluarkan kata-kata keras yang menusuk dan melukai hati.
Hillary misalnya sudah berani berkata dengan ketus, “Shame on you, Obama. Malulah kau, wahai Obama”.
Hillary tak dapat menutupi rasa marahnya pada Obama, hari Minggu pagi lalu. Mengenakan baju merah, di Ohio dia menggelar jumpa pers khusus untuk membantah selebaran yang dibuat oleh tim sukses Obama. Jari tangannya menunjuk-nunjuk.
Tulisan ini juga dimuat di myRMnews.
Dalam selebaran yang jadi persoalan itu, tim sukses Obama menjelaskan posisi Hillary terhadap pakta perdagangan bebas Atlantik Utara yang diserang habis Obama. Menurut Obama, pakta perdagangan bebas model beginilah yang telah merusak ekonomi Amerika. Dan Hillary, turut bertanggung jawab, karena pakta perdagangan bebas itu dihasilkan ketika suaminya Hillary, Bill Clinton, masih berkuasa. Dan Hillary sendiripun mendukung pakta itu.
Dalam kemarahannya, Hillary kembali menantang Obama berdebat di Ohio. Padahal dia dan Obama baru saja berdebat di University of Texas at Austin.
Dalam debat si Austin itu pun Hillary berkali-kali menyerang Obama. Sementara Obama yang duduk di sebelahnya beberapa kali tampak salah tingkah menghadapi serangan Hillary.
Ada satu bagian dimana Obama terpancing dan menyahuti provokasi Hillary, ketika Hillary mengatakan Obama hanya bisa berorasi. Sementara, sambung Hillary, persoalan yang dihadapi rakyat Amerika tidak bisa diselesaikan hanya lewat orasi.
Obama menggumamkan beberapa kata, sambil menggelengkan kepalanya, dan wajahnya dibiarkan tertunduk, sambil menuliskan sesuatu di buku catatannya.
Di sela-sela break pun kedua orang itu tetap memasang wajah tegang. Sama sekali berbeda ketika keduanya bertemu dalam debat akhir Januari lalu di California. Ketika itu keduanya masih saling tersnyum dan tertawa, serta berbisik-bisik di atas panggung.
Menjawab perkataan ketus Hillary, hari Minggu pagi, Obama tak mau kalah. Dia mengatakan, memang benar apa yang dituliskan dalam selebaran itu.
Hillary memang mendukung pakta perdagangan bebas yang merusak ekonomi Amerika, membuat industri terhenti, harga melambung tinggi, dan lapangan pekerjaan berkurang.
Sementara di negara lain perdagangan bebas yang menciptakan kerusakan lingkungan, juga berbagai penyakit sosial lain.
Obama juga mengatakan, dia selalu diserang. Kecuali ketika dia berada di bawah Hillary.
***
Keadaan inilah –saling serang dengan kata-kata yang menusuk hati antara Obama dan Hillary– yang dikhawatirkan oleh banyak pendukung Partai Demokrat yang saya temui di Hawaii.
Partai Demokrat di Hawaii baru saja mencatat rekor luar biasa. Peserta kaukus partai berlambang keledai ini pekan lalu diikuti oleh lebih dari 37 ribu anggota partai.
Rekor tertinggi sebelumnya terjadi tahun 1988, ketika Jesse Jackson, yang keturunan Afro-Amerika, mencalonkan diri sebagai presiden, melawan teman satu partainya Michael Dukakis. Ketika itu pun hanya 5 ribu anggota Partai Demokrat yang hadir di kaukus.
Aktivis Partai Demokrat di Hawaii gembira melihat betapa anggota partai itu kembali percaya pada proses politik Amerika. Kini bagi mereka, perubahan sungguh ada di depan mata. Rejim Republikan akan segera diganti dengan rezin pro-rakyat dan pro-masa depan Amerika dari kubu Demokrat.
Tetapi di sisi lain mereka khawatir, pertarungan yang terlalu panjang antara Obama dan Hillary Clinton pada akhirnya justru akan merugikan Partai Demokrat ketika partai itu harus mengumpulkan semua daya dan upaya, juga pendukung, saat menghadapi jago dari kubu Republik.
“Siapapun yang akan dicalonkan Partai Demokrat, entah Obama atau Clinton, pada akhirnya kami berharap agar semua anggota partai nanti bersatu mendukung mereka,” kata seorang laki-laki, teman bicara saya di pesta kemenangan kubu Obama usai Kaukus pekan lalu.
“Saya khawatir mereka terlalu emosional, dan ngotot bertarung hingga akhir, dan akan ada yang sakit hati. Kalau sudah begini, dukungan pada calon partai kami bisa tidak utuh. Dan ini berbahaya.”
Kini Obama memang telah memimpin perolehan delegasi. Tetapi perbedaan jumlah delegasi yang dimilikinya dengan yang dimiliki Hillary tidak terlalu signifikan.
Sampai hari ini, Obama menurut data CNN mengantongi 1.327 delegasi. Sementara Hillary mengantongi 1.255 delegasi. Seorang kandidat dari Partai Demokrat membutuhkan 2.025 delegasi untuk bisa dicalonkan sebagai presiden Amerika dari partai itu.
Di Ohio dan Texas nanti Obama dan Hillary akan memperebutkan 334 delegasi. Hillary dinilai sementara pengamat masih akan berpeluang untuk melanjutkan pertarungan bila menang di atas 57 persen. Bila tidak, maka kans Hillary akan semakin kecil. Dan sebaliknya, langkah Obama akan semakin ringan menuju pemilihan presiden bulan November nanti.
***
Malam itu, di tengah kemeriahan pesta kubu Obama, ditingkahi teriakan para pendukung Obama yang mabuk kemenangan, saya menangkap kekhawatiran besar.
Bagaimana pun juga pertarungan yang sedang terjadi ini bukanlah antara Obama dan Hillary. Tetapi antara kubu progresif demokrat melawan kubu konservatif republikan.
Entah Obama atau Hillary, tetapi harus ada yang mengalah di tengah jalan, melemparkan handuk ke atas ring, dan menghentikan pertarungan. Bukan untuk mempermalukan diri sendiri, tetapi untuk menyelamatkan agenda reformasi yang sedang bergulir.
Nah, sejauh ini, terlepas dari kondisi beti, alias beda tipis, antara Obama dan Hillary, tampaknya yang paling mungkin kalah dalam pertarungan di Ohio dan Texas adalah Hillary. Atau, kalau pun menang, Hillary sulit menang dengan 57 persen.
Kalau kedua orang ini bertarung sampai akhir, maka seperti yang dikhawatirkan banyak pendukung Partai Demokrat adalah kedua orang ini akan saling menyimpan dendam, dan kubu yang kalah tidak mau mendukung kubu yang menang.
Katakanlah Hillary yang memilih mengalah, bila faktanya di Ohio dan Texas nanti dia tak memperoleh dukungan signifikan. Tentu banyak pendukung Partai Demokrat yang menyampaikan rasa hormat pada langkahnya yang terpuji itu.
Dan, akan lebih bagus lagi bila setelah Hillary menyatakan berhenti, Obama melamarnya menjadi wakil presiden.
Hillary mungkin menolak. Tetapi setidaknya Obama juga sudah memperlihatkan itikad yang terpuji. Dan langkah-langkah terpuji kedua jawara dari Partai Demokrat ini adalah daya tarik yang luar biasa bagi rakyat Amerika yang sedang dahaga akan perubahan.

THAT IS DEMOCRACY……