Untuk Kedua Kalinya Istana Merdeka Dikepung Pasukan Soeharto

Presiden Sukarno mengumumkan susunan Kabinet Ampera pada tanggal 25 Juli 1966. . Dalam Kabinet itu, Kepala Negara Presiden Sukarno didampingi Letjen Soeharto sebagai Ketua Presidium dan Kepala Pemerintahan. Setelah kekuasaan Sukarno dilucuti pada Sidang Istimewa MPRS Maret 1967, Soeharto menduduki jabatan Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan.

RENCANA Sukarno menggelar sidang Komando Operasi Tertinggi (KOTI) tanggal 14 Maret 1966 gagal total. Seperti beberapa hari sebelumnya, tanggal 11 Maret 1966, Istana Merdeka kembali dikepung oleh pasukan pendukung Soeharto dari Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang sekarang dikenal dengan nama Kopassus.

Continue reading “Untuk Kedua Kalinya Istana Merdeka Dikepung Pasukan Soeharto”

Keluarga Wiji Thukul Tolak Bendera Setengah Tiang

Wiji Thukul

HARI ini, Soeharto telah dikuburkan di liang lahat, namun itu bukan berarti menguburkan kasus-kasus kejahatan kemanusiaan yang menjadi tanggungjawabnya selama Soeharto memerintah negeri ini selama 32 tahun. Opini yang berlebihan dan mobilisasi puja-puji terhadap Soeharto tidak membuat kami, keluarga Wiji Thukul (korban penghilangan paksa 1997-1998), berubah sikap.

Continue reading “Keluarga Wiji Thukul Tolak Bendera Setengah Tiang”

Pertemuan Hawaii Dicurigai Jadi Tandingan Konferensi Bali

MAJOR Economies Meeting on Energy Security and Climate Change yang akan digelar di Hawaii hari Rabu (30/1) atau hari Kamis (31/1) waktu Indonesia besok disambut pesimis kalangan intelektual dan kelompok pecinta lingkungan. Continue reading “Pertemuan Hawaii Dicurigai Jadi Tandingan Konferensi Bali”

Mengapa Bung Karno Tak Mau Memukul Soeharto

soeharto6
Foto: TIME

TINDAKAN Soeharto memanfaatkan Surat Perintah 11 Maret 1966 menyakiti perasaan Bung Karno. Sejumlah petinggi militer yang masih setia pada Sukarno ketika itu pun merasa geram. Mereka meminta agar Sukarno bertindak tegas, memukul Soeharto dan pasukannya.

Tetapi Sukarno menolak.

Continue reading “Mengapa Bung Karno Tak Mau Memukul Soeharto”