Ke Hawaii Lagi, Dan Masih Dicurigai

Seperti di summer tahun lalu, tadi pagi begitu melihat pasporku petugas imigrasi di check in counter Bandara Honolulu menggeleng-gelengkan kepala. “It’s a problem,” katanya pelan.

Laki-laki keturunan China ini lalu berdiri dan mengajakku mengikutinya ke “ruang pemeriksaan tambahan” yang “terkenal” itu. Di ruangan ini, pihak imigrasi Bandara Honolulu akan mengajukan sejumlah pertanyaan ekstra kepada “pelancong berkategori khusus” yang ingin melangkahkan kaki masuk ke wilayah hukum AS. Tahun lalu aku menghabiskan hampir dua jam di ruangan itu. Petugas imigrasi mengajukan beberapa pertanyaan yang hampir semuanya mirip dengan pertanyaan di Kedubes AS di Jakarta ketika aku mengambil visa.

Begitulah aturan mainnya. Siapapun pelancong yang dicurigai, atau layak untuk dicurigai, mesti masuk ke ruangan ini. Laki-laki dari Indonesia, beragama Islam, punya nama berbau Arab – bertampang Arab – wajib masuk ke ruangan ini. Seorang teman dari Indonesia, misalnya, keturunan Tionghoa, bukan Islam, tapi punya nama tengah yang berbau Arab, pun harus menghabiskan waktu di ruangan itu. Salah satu pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah apa arti kata Gazhali di belakang namanya.

Menurut beberapa teman yang lebih dahulu datang ke Hawaii, nasibku jauh lebih baik dibandingkan mereka. Beberapa saat setelah peristiwa 9/11 hingga tahun 2006 lalu, seorang pelancong yang dicurigai menghabiskan waktu berjam-jam di ruangan itu sebelum akhirnya diperbolehkan masuk ke wilayah AS.

Sebagai pelancong berkategori khusus, aku pun diwajibkan melapor ke kantor imigrasi di Bandara Honolulu bila hendak meninggalkan AS. Jadi, ketika kembali ke Indonesia bulan Desember lalu, setelah check in dan menyerahkan barang-barang yang akan dimasukkan ke bagasi pesawat, aku dan seorang teman senasib berjalan cepat ke kantor imigrasi. Hari masih pagi. Kami menunggu setengah jam, sebelum seorang petugas imigrasi memanggil kami, merekam sidik jari dan memotret wajah kami, sebelum akhirnya mengatakan, “Sekarang Anda bisa meninggalkan Amerika.”

Tak seperti summer tahun lalu, tadi pagi aku tak perlu berlama-lama di ruang pemeriksaan tambahan itu. Beberapa laki-laki dan perempuan dari Polynesia yang masih mengenakan lei di leher mereka, laki-laki muda dari India yang selalu gelisah, wanita China yang duduk dengan tenag di belakang kursiku, dan seorang pemuda Jepang yang kesulitan berbahasa Inggris sehingga seorang petugas bekerja rangkap jadi penerjemah, juga singgah di ruangan itu. Ada juga sepasang bule dari Eropa.

Setelah hampir setengah jam duduk menunggu seorang petugas memanggil namaku. Ia, wanita paruh baya keturuan Jepang, hanya mengajukan satu pertanyaan. “Is there any new information from the last time?” Aku menggelengkan kepala. “No.”

Lalu dia meminta aku meletakkan jari manis tangan kanan dan kiri secara bergantian di scanner, dan memotret wajahku dengan external cam berukuran kecil yang biasa dipakai ketika chatting. Aku pasang senyum sepantasnya.

Sebelum melepasku di mulut pintu, petugas ini masih mengajukan satu pertanyaan lagi. “Do you bring any food?” “No,” lagi jawabku singkat sambil tersenyum dan berlalu meninggalkan ruangan itu.

Di luar bandara aku menghentikan sebuah taksi sedan hitam. Pengemudinya seorang wanita paruh baya keturunan Vietnam. Setelah tahu aku dari Indonesia dia berbicara tentang Indonesia. Dia tahu di Indonesia ada Islam, Kristen, Katholik, Buddha dan Hindu. Dia sendiri lahir sebagai seorang Buddha. Suami pertamanya seorang Kristen. Setelah berpisah dengan suami pertamanya, ia kembali menikah dengan laki-laki Kristen, dan pindah agama menjadi Kristen. Setelah pernikahannya yang kedua, dia mengaku hampir tak pernah ke gereja. Yang penting aku, katanya, tidak melakukan kesalahan dalam hidup ini.

Anak bungsunya, seorang laki-laki menikah dengan seorang penganut Mormon, dan berpindah agama. Awalnya dia tak habis pikir, mengapa hanya untuk menikah seseorang harus berpindah agama. Tidak substansial, katanya. Tapi, kata dia lagi, itulah bagian dari keyakinan seseorang. Mau bilang apa.

Dia percaya bahwa semua agama mengajarkan kebajikan-kebajikan yang sama. Hanya penganut-agamalah yang kadang membuat huru hara di muka bumi ini, melakukan hal-hal yang sebetulnya justru dilarang oleh agama. Selain penganut agama yang fanatik, yang cenderung memilih jalan kekerasan, wanita ini juga geram melihat kaum komunis yang katanya, membikin rakyat sengsara dan hidup melata, sementara mereka, kaum komunis itu, hidup bergelimang harta.

Hmm, untuk yang satu ini, kayaknya dia termakan propaganda kaum kapitalis. Bukankah soal menumpuk harta sambil menciptakan kemiskinan yang merata di kalangan jelata dapat dilakukan siapa saja yang mengaku-aku ini dan itu.

***

Dalam posting-posting berikut aku akan bercerita pengalaman selama liburan sebulan di kampung halaman. Juga pembicaraan dengan sejumlah tokoh atau orang yang layak ditokohkan mengenai banyak hal, mulai dari bahan bakar air (BBA) sampai republik balon, juga ironi (tokoh) reformasi, dan tentu saja nasib Soeharto.

4 Replies to “Ke Hawaii Lagi, Dan Masih Dicurigai”

  1. “Hmm, untuk yang satu ini, kayaknya dia termakan propaganda kaum kapitalis.”

    Seperti itulah kekuatan propaganda, apa yang terlihat itu yang dikatakan sebagai kebenaran plus ditambahi dengan kata-kata memancing layaknya sebuah jargon kenamaan dalam prinsip marketing dan langsung dilahap. Sama seperti halnya propaganda yang telah menyebabkan Anda dapat masalah karena nama yang nyangkut ke-‘arab-arab’-an, akibat peristiwa pemboman yang saya percaya – menurut saya – juga ditentang oleh mayoritas orang Arab.

    Saya bukan Muslim dan nama saya tidak berbau Arab 🙂 , tapi saya tidak pernah setuju dengan penilaian rata tentang seseorang hanya didasarkan pada apa yang terlihat. Tapi mungkin inilah sifat dasar manusia, karena tanpa sadar kita saya pernah juga melakukannya kan 😉

    Ah, andai dunia ini sama seperti lagunya “Imagine” yang dinyanyikan oleh John Lennon …

  2. Tidak perduli seberapa lengkap surat yang saya bawa, saya juga harus masuk ruangan “vip” tersebut 🙂

    Liburan sudah berakhir sekarang harus tenggelam dalam urusan sekolah lagi ya?

  3. @barry
    iya nih mas. aku datang terlambat satu minggu. rencana kepulangan ke hawaii ditunda karena dundang jadi pembicara di jogja. sekarang ini lagi sibuk ngumpulin bahan2 kuliah…

    @bisaku
    trims sudah mampir. sepakat…

Leave a comment