“Megawati Pasang Iklan Kaleng”

Mega dan Akbar. Dok/RM.SAYA menemukan wawancara berikut di antara tumpukan file yang terbawa ke Hawaii. Pernah dimuat di Rakyat Merdeka, pada saat putaran pertama Pilpres 2004. Sementara foto Mega bersama Akbar Tandjung (ketika itu masih ketua umum Partai Golkar) diambil setelah Mega dan SBY memastikan diri maju ke putaran kedua.

DUET Mega dan Hasyim kini getol mempromosikan program eknomi mereka. Menurut Kwik Kian Gie, Ketua Balitbang PDIP yang juga Menneg PPN/Kepala Bappenas ini, program ekonomi Mega itu tidak realistis. Katanya, bisa dibilang cuma iklan kaleng. Berikut petikan wawancara dengan Kwik.

Menurut Anda, apa kendala Mega dalam pilpres?
Kendala terbesar adalah tim sukses yang tidak jelas. Orang PDIP sendiri bingung, termasuk saya. Ada Mega Center, Tim Mega for President dan Tim Mega-Hasyim. Yang punya SK partai hanya Tim Mega for President. Namun Mega Center yang paling aktif. Tapi, saya tidak tahu landasan hukumnya.

Bagaimana memiliki tim sukses untuk partai sebesar ini, sementara di dalamnya tidak ada orang partai. Yang membuat platform itu orang sewaan semua. Misalnya ekonomi dipegang Sri Adiningsih, Hermawan Sulistyo, Rizal Malarangeng dan August Parengkuan.

Siapa saingan Mega yang dianggap paling berat?

Kalau menurut Mbak Mega saya tidak tahu. Kalau menurut saya, yang paling berat SBY.

Apa perhitungannya?
Soal popularitas dia di media, yang Mbak Mega sendiri merasa tersalip dengan SBY.

Bukannya mesin politik Mega lebih kuat dari SBY?
Memang. Tapi, sampai sejauh mana mesin politik PDIP bisa bekerja. Buktinya, waktu pemilu legislatif itu hasil suara PDIP merosot. Ini akibat petinggi PDIP terlalu percaya diri.

Bagaimana peluang capres lain seperti Wiranto dan Amien?
Kalau dilihat dari mesin politik, Pak Wiranto punya potensi cukup besar. Karena didukung tiga pilar, Golkar, NU dan TNI. Tapi, tiga unsur ini belum bulat. Pak Wiranto harus kerja keras untuk menjadikan dirinya acceptable. Sementara Pak Amien, popularitasnya sedang naik. Kalau Pak Amien bisa masuk putaran kedua, peluangnya besar juga.

Peluang Mega sendiri?
Fifty-fifty. Tapi masuk putaran kedua bisa. Tinggal bagaimana peta setelah itu.

Menurut Anda, program ekonomi Megawati-Hasyim realistis?
Sama sekali tidak realistis. Karena di situ tidak ada justifikasi, kenapa berani memasang angka-angka di situ. Saya katakan, iklan itu bisa disebut iklan kaleng. Karena tidak diketahui, dari mana, oleh siapa dan untuk siapa. Saya tahu, ekonomi kita selama dipegang Mbak Mega tidak seperti itu.

Seperti menciptakan 12,9 juta lapangan kerja baru. Ini sangat tidak masuk akal. Dari mana bisa ada lapangan kerja sebesar itu, kalau tidak ada investasi swasta atau pemerintah. Kalau dari pemerintah, duitnya darimana? Kemudian, soal menciptakan skema kredit program baru non-agunan untuk UKM. Saya mau tanya, caranya bagaimana? Sampai detik ini pun UKM masih mengeluh sulitnya dapat kredit. Lalu, subsidi pupuk. Lagi-lagi, uangnya darimana?

Anda sering mengkritik kebijakan Mega. Tapi di saat bersamaan juga mendorong Mega. Bukankah ini kontradiktif?
Saya loyal sama Mbak Mega. Tapi, loyalitas saya bukan harga mati. Jadi, loyalitas saya loyalitas yang kritis, dan tidak segan-segan mengutarakan kritik.

Apakah Mega cukup merespon kritik Anda?
Dari kebijakan ekonomi mulai obligasi rekap, release and discharge, sampai menolak disvestasi BCA, tidak ada yang dipakai. Mbak Mega mendengar, tapi nyatanya tidak seperti yang saya harapkan.

Anda merasa dikucilkan?
O, iya. Saya merasa dikucilkan tidak saja secara fisik. Tapi bukan oleh Mbak Mega. Saya merasa habis-habisan dikucilkan oleh orang di DPP dan di Mega Center maupun di tim sukses. Saya ini kan masih kerja di Litbang. Tetap saja produk saya tidak dipakai Mbak Mega.***

Leave a comment