HARRY A Poeze sudah membuka misteri kematian Tan Malaka. Ia, demikian hasil penelitian terbaru Harry Poeze, dieksekusi oleh Letnan Dua Soekotjo atas perintah Pangdam Brawijaya Soengkono.
Haryy Poeze juga punya teori menarik tentang lokasi kuburan Tan Malaka di kaki Gunung Wilis. Dan Menteri Sosial Bachtiar Chamsjah kabarnya telah bersedia mengerahkan tim forensik untuk mencari lokasi pasti makam Tan Malaka. Kalau sudah ditemukan lokasi pasti makamnya, lantas apa? Memindahkan sisa jenazahnya ke Makam Pahlawanan Kalibata?
Dalam diskusi tentang Tan Malaka bulan Januari lalu yang juga dihadiri Harry Poeze, sejawaran muda Hilmar Farid punya pandangan menarik tentang hal ini. Kata dia, kalau pun ditemukan lokasi pasti kuburan Tan Malaka, tak perlu repot-repot memindahkannya ke Makam Pahlawan Kalibata.
“Biarlah Tan Malaka berbaring abadi di tengah-tengah rakyat. Buat apa ke TMP Kalibata, toh tak semua penghuninya adalah pahlawan sungguhan,” kata dia.
Berita berikut diambil dari Kompas, edisi Sabtu (28/7) untuk melengkapi dua tulisan sebelumnya tentang Tan Malaka: Tan Malaka, Bagaimana Matimu, dan Papan Nama untuk Tan Malaka.
Sejarawan Belanda, Harry A Poeze, Jumat (27/7) di Jakarta, menjelaskan, Tan Malaka ditembak mati tanggal 21 Februari 1949. Selama ini kematian Pahlawan Nasional Tan Malaka itu menjadi misteri sejak lebih dari setengah abad.
“Dia ditembak atas perintah Letnan Dua Soekotjo dari Batalyon Sikatan bagian Divisi Brawijaya, yang terakhir berpangkat brigadir jenderal dan pernah menjadi Wali Kota Surabaya. Data tersebut diperoleh dari kesaksian pelbagai pihak, seperti rekan gerilya Tan Malaka, anggota Batalyon Sikatan, keterangan warga desa dan tokoh-tokoh angkatan 1945,” kata Poeze yang memulai riset Tan Malaka sejak tahun 1980 dengan menemui banyak tokoh nasional.
Harry Poeze yang juga Direktur KITLV Press (Institut Kerajaan Belanda untuk Studi Karibia dan Asia Tenggara) menambahkan, Tan Malaka ditembak di Desa Selo Panggung di kaki Gunung Wilis di Jawa Timur. Eksekusi yang terjadi selepas agresi militer Belanda ke-2 itu didasari surat perintah Panglima Daerah Militer Brawijaya Soengkono dan komandan brigade-nya, Soerahmat.
Petinggi militer di Jawa Timur menilai seruan Tan Malaka yang menilai penahanan Bung Karno dan Bung Hatta di Bangka menciptakan kekosongan kepemimpinan serta enggannya elite militer bergerilya dianggap membahayakan stabilitas. Mereka pun memerintahkan penangkapan Tan Malaka yang sempat ditahan di Desa Patje.
Sebelum ditangkap, Tan Malaka memimpin gerilya melawan Belanda di Desa Belimbing. Dia juga mengimbau seluruh rakyat melakukan perjuangan semesta melawan Belanda, seperti yang dilakukan Panglima Besar Jenderal Soedirman.
Tan Malaka, yang pada bulan September 1945 pernah disiapkan Bung Karno untuk memimpin Indonesia jika Proklamator mengalami bahaya sehingga tidak mampu bertugas, sempat lolos dari tahanan bersama 50 gerilya anti-Belanda yang dipimpinnya. Namun, Tan Malaka yang berpisah dan bergerak dalam rombongan kecil berjumlah enam orang ditangkap Letnan Dua Soekotjo di Desa Selo Panggung yang berakhir dengan eksekusi.
Menurut Poeze, Menteri Sosial Republik Indonesia sudah setuju untuk mengerahkan tim forensik mencari sisa jenazah Tan Malaka. Tan Malaka sempat dijuluki “Bapak Repoebliek Indonesia” selepas medio 1920-an karena menerbitkan buku Naar Repoebliek Indonesia (Menuju Repoebliek Indonesia) dalam Bahasa Belada dan Melayu tahun 1924 di Kanton (sekarang Guangzhou), China. Diketahui, ratusan jilid buku tersebut diselundupkan ke Hindia Belanda dan diterima para tokoh pergerakan, termasuk pemuda Soekarno. Walhasil, Tan Malaka pun dikenal sebagai Bapak Repoebliek Indonesia jauh sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945.
Fakta tersebut ditampilkan dalam tiga jilid buku berjudul Tan Malaka Verguisd en Vergeten (Tan Malaka Dihujat dan Dilupakan). Edisi bahasa Indonesia buku tersebut akan diterbitkan enam jilid selama dua tahun hingga 2009, dimulai Senin pekan depan.

Sepakat…
lagi pula dia sudah tenang
Tidak juga perlu menempatkannya di “Taman Makam Pahlawan” ketika pemaknaan terhadap pahlawan masih bias.
tolong kabari saya klo buku “Verguisd en Vergeten-Tan Malaka, de Linkse en de Indonesische Revolutie, 1945-1949″ sudah terbit. ini untuk melengkapi koleksi Tan Malaka diperpustakaan saya sekaligus untuk menguak lebih jauh tentang sepak terjang sang revolusioner yang terlupakan. jangan lupa juga klo ada buku “Tan Malaka: Pergulatan menuju Republik I dan II” kabari saya. karena hanya buku tersebut yang belum saya miliki. satu lagi, klo ada berita tentang “Partai Murba” hub saya di 085880224522 atau 08999014565. atau email ke saya di synthesizer_rock@yahoo.com
“suara saya akan lebih terdengar dari dalam bumi dibandingkan dari atas bumi” TAN MALAKA
saya mohon meskipun saya hanya anak bayi yang baru saja menikmati indonesia . kenal kan nama saya CIKO , saya hanyalah anak yang baru mengetahui tentang sejarah TAN MALAKA saya lahir di padang 03-desember-1991, saya hanya kecewa kenapa nama TAN MALAKA tidak begitu terkenal seperti nama artis sekarang yang baru menjejaki kaki nya di indonesia ini , nah ini TAN MALAKA yang berjuang dengan nyawanya tidak se terkenal artis yang hanya kerjanya mampir di layar kaca…
maap aja saya akui kalau saya juga mau jadi artis tapi saya hanya kecewa sama semua orang yang tidak tau dengan TAN MALAK.
mungkin kalau di bikin sejarah tentang TAN MALAKA mungkin tidakada yang mampu menjawab pertanyaan tersebut
sekian dan terimakasih ^^
dan hanya satu kata buat TAN MALAKA {meskipun dirimu telah terbujur kaku di liang lahat ! nama mu akan selalu ku ingat , meskipun aq baru mengenal dirimu}
thank’s for all
bagi bapak-bapak yang oengen tau sapa saya
kunjungi saja friendster saya di ciko_aje@yahoo.com
saya hanya anak miskin ilmu yang berani mengemukakan pendapat saya meskipun itu hanya nol dan tidak berarti bagi bapak-bapak sekaliannya
see You next time ^^
memindahkan makam seseorang tidak akan melegitimasi bahwa ia adalah seseorang yang akan selalu dikenang dan memeberikan sumbangan intelektual yang luar biasa bagi bangsa Indonesia…
biarkanlah apa adanya saat ini, sehingga setiap anak bangsa akan selalu penasaran untuk terus mencari siapa sebenarnya Tan Malaka