2008, Krisis Ekonomi

Tim Ekonomi KIB Jangkar Stagnasi

Kalau tidak ada aral melintang, Presiden SBY akan mengumumkan susunan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid tiga siang ini. Sejumlah kalangan mengkritik reshuffle yang tidak menyentuh tim ekonomi pemerintah.

Ekonom senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Iman Sugema mengingatkan bahwa persoalan utama yang dihadapi bangsa ini terletak di bidang ekonomi. Jumlah pengangguran semakin bertambah, begitu juga dengan tingkat kemiskinan.

Apabila tim ekonomi yang gagal menggerakkan sektor ril ini tidak dikocok ulang, Iman khawatir di tahun 2008 akan terjadi instabilitas sektor keuangan dan krisis ekonomi yang jauh lebih buruk dibanding krisis ekonomi di tahun 1998 silam.

“Tim ekonomi yang dimotori oleh Boediono (Menko Perekonomian) dan Sri Mulyani (Menteri Keuangan) patut disebut sebagai anchor of stagnation, bukan anchor of stability,” ujar Direktur Inter-Cafe Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.

Mengapa walau sudah sering mendengar tentang kegagalan tim ekonomi, namun SBY tampaknya tetap tak mau me-reshuffle tim itu?

“Ada cerita di balik layer,” kata Iman. “Ada tekanan dari pihak asing dan antek asing agar tim ekonomi inti ini dipertahankan. Kedua, para pelaku pasar di perusahaan sekuritas asing melakukan black mail dengan mengatakan kalau Boediono dan Sri Mulyani di-reshuffle kemungkinan pasar akan bereaksi negatif.”

SBY boleh saja membantah tentang tekanan pihak asing tersebut, namun kesangsian terhadap independensi reshuffle kali ini berkembang luas, sambung Iman.

Dia juga mendeskripsikan bagaimana krisis ekonomi berskala besar itu akan terjadi.

Penggelembungan yang dialami pasar finansial, sebutnya adalah hal yang positif selama itu ditunjang oleh sektor ril yang bergerak. Namun bila sektor ril sama sekali tidak bergerak atau malah mundur, penggelembungan sektor finansial akan melahirkan krisis besar. ”Dimana-mana, mau di Argentina, Filipina, Meksiko, atau Korea Selatan termasuk Indonesia, begitulah tanda-tanda menuju krisis.”

Berikutnya, krisis ekonomi selalu didahului oleh persoalan yang terjadi di sektor perbankan. Sekarang ini, misalnya, yang terjadi adalah disintermediasi atau penyalauran kredit yang seret dari perbankan ke sektor ril. Akibatnya, bank Indonesia (BI) menanggung beban besar dalam bentuk SBI.

”Ini berbahaya karena ini uang liar yang sangat liquid dan bisa ditarik kapan saja, dan dipindahkan kapan saja, termasuk untuk spekulasi. Berbeda kalau dana perbankan disalurkan dalam bentuk kredit.”

Hal lain berkaitan dengan hot money berjangka pendek yang keluar-masuk Indonesia dengan mudah. Kini besarnya mencapai angka 20 miliar USD. “Kalau uang sebesar ini tiba-tiba hengkang, tentu Indonesia akan kesulitan. Bila krisis ekonomi berskala besar itu terjadi, maka pemerintahan SBY ini tidak akan sampai tahun 2009.”

Pengaruh Washington

Anggota Komisi XI DPR dari Partai Amanat Nasional (PAN), Drajad H Wibowo mengatakan bahwa reshuffle yang dilakukan SBY salah sasaran. Seharusnya sasaran reshuffle adalah tim ekonomi. Kegagalan tim ekonomi ini telah diperlihatkan oleh berbagai survey dan penelitian.

“Tetapi kok yang diutak-atik justru tim yang lain. Ibaratnya yang rusak mesin mobil, tetapi yang dibetulkan rodanya,” kata Drajad, kemarin.

Drajad menilai stabilitas makro ekonomi yang telah dicapai pemerintah SBY bersifat semu. Sebab, sektor ril dan ekonomi rakyat sama sekali tak bergerak. “Banyak usaha-usaha baru yang gulung tikar. Coba lihat saja, toko-toko di Pasar Baru banyak yang tutup,” bebernya.

Stabilitas makro ekonomi, kata dia, hanya menguntungkan para spekulan saham dan obligasi serta pelaku ekonomi kerah putih yang berinvestasi di sektor keuangan dalam jangka waktu yang pendek.

“Saya semakin yakin bahwa ada peran Washington dalam reshuffle ini. Masyarakat ingin ada perubahan kebijakan. Yang tak ingin perubahan adalah kelompok Washington dan para spekulan yang diuntungkan dengan kebijakan pemerintah saat ini,” katanya.

Politisi Partai Golkar Bernard Haloho sependapat dengan Drajad. Menurut dia, reshuffle harus menyentuh bidang ekonomi Sebab antara makro ekonomi dengan mikro ekonomi tidak menyambung. “Buktinya, pengangguran bertambah, dan angka kemiskinan terus bertambah,” katanya.

Koordinator Lingkar 98 ini menilai SBY telah gagal tiga kali dalam menyusun kabinet. Ketika kabinet dibentuk 2004 lalu, SBY dinilai telah mengkhianati ekonomi rakyat. Formasi ini terbukti gagal dan SBY pun melakukan reshuffle pertama, dan tim ekonomi saat ini pun kembali gagal.

“Masyarakat awam pun bisa menilai bahwa ekonomi tak makin membaik. Makanya, popularitas SBY langsung anjlok hingga di bawah 50 persen,” ujarnya. GUH/IMI

3 Replies to “2008, Krisis Ekonomi”

  1. kak sy dapet tugas untuk membahas kemungkinan krisis ekonomi akan terjadi lagi atau tidak…sy harap jika kakak berkenan, sy minta data2 yang berhubungan dengan itu smua,,trima kasih…

  2. Saya ada tugas tentang krisis ekonomi tahun 2008, untuk perusahaan-perusahaan yang mengalaminya, saya butuh data tersebut serta bagaimana pada setiap manager memberikan solusi/keputusan

Leave a comment