“Terorisme Bergantung Ideologi, bukan Orang”

Ancaman terorisme global diyakini banyak pihak tidak akan pernah mati. Dalam konteks regional Asia Tenggara, ancaman itu begitu nyata. Meski beberapa tokoh teroris seperti Dr Azahari, Umar Al-Faruk, dan lainnya telah tewas di tangan aparat, tidak lantas menyurutkan pergerakan kelompok teroris.

Setidaknya, seperti diungkap dalam buku Pray To Kill; Counter terhadap Pemikiran Imam Samudra (2006), karya peneliti Singapura, Mohammad Haniff Hassan, bahwa terorisme akan terus ada, tidak bergantung pada sosok, tapi lebih pada ideologi atau pemikiran. Berbahayanya ancaman terorisme juga diakui mantan pentolan Jamaah Islamiyah (JI), Nasir Abas. Menurutnya, paham jihad dan dalih memperjuangkan Islam menjadi dasar alasan mengapa kelompok teroris terus bergentayangan di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia dan Philipina. Mengorek lebih detil masalah tersebut, At-Tanwir mewawancarai mantan Ketua Mantiqi Tsalis organisasi JI dan penulis buku best seller, Membongkar Jamaah Islamiyah itu. Petikannya:

Apa tanggapan Anda terhadap kabar tewasnya tokoh teroris Umar Al-Faruk?

Itu kan berita dari pihak inteligen Amerika Serikat (AS). Berita itu lalu dibenarkan oleh pihak inteligen Indonesia yang menyebutkan bahwa Al-Faruk benar mati adanya. Namun demikian, kematian Al-Faruk pasti menyisakan rasa kekecewaan, khususnya di kalangan kelompok yang memiliki ikatan emosional. Saya memang tidak mengenal langsung sosok Faruk. Tapi saya yakini kematian Faruk tidak berpengaruh banyak terhadap gerakan terorisme.

Apa yang Anda maskud dengan ‘ikatan emosional’?

Ya, mereka yang sekalipun tidak dalam jaringan Al-Faruk (Al-Qaedah) semasa beroperasi di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, tetapi memiliki persamaan perjuangan, yakni menegakkan Syariat Islam, melakukan jihad, serta perjuangan membela umat Islam, tentu dalam pemahaman mereka. Saya contohkan, kelompok ini seperti kelompoknya Azahari, Noordin M.Top, beserta jaringannya. Kelompok-kelompok macam ini ikatan emosionalnya kuat dan mereka bisa saja marah.

Tapi, bagaimana pergerakan kelompok teroris selanjutnya pasca tewasnya Al-Faruk?

Saya kira akan terus berlangsung. Mereka tidak akan pernah pudar atau bahkan mati. Karena ini kan perang ideologi, jadi tidak tergantung pada pemimpinnya. Kalau di bawahnya sudah siap, maka begitu pemimpinnya meninggal, kader-kader binaan akan langsung melanjutkan perjuangan mereka. Memang dari amatan saya, gerakan kelompok teroris ini sedikit mengendor/melemah sejak tewasnya Azahari. Tapi aparat tidak boleh lengah.

Kita tahu Asia Tenggara ini menjadi tempat subur persemaian gerakan terorisme. Apa komentar Anda?

Faktanya demikian. Sejauh yang saya lihat, potensi terbesar bagi tumbuh-suburnya gerakan terorisme di Asia Tenggara adalah di Philipina dan Indonesia. Mengapa? Karena tingkat kekerasan di kedua negara tersebut sangat tinggi. Pengalaman konfliknya sangat sering. Konflik atau kekerasan sangat potensial menyulut timbulnya gerakan radikal dan terorisme. Karena itu, seperti konflik atau bom di Poso, Sulteng, beberapa waktu lalu, itu potensial memicu munculnya kelompok tertentu yang sama dengan model kelompok terorisme. Konflik akan menjadi momentum empuk dan pintu masuk bagi pemanfaatan kekerasan lebih lanjut. Jadi, semua pihak harus menutup rapat pintu konflik karena dampaknya akan berkepanjangan. Kalau di Malaysia, Singapura, Australia, tingkat ancaman terorisme cukup kecil, namun ya tetap harus diwaspadai.

Dalam pandangan Anda, bagaimana upaya aparat keamanan Indonesia memberantas terorisme?

Ini kan ancaman kolektif dan berdampak besar. Penanggulangannya pun hemat saya, tidak bisa dibebankan kepada polisi, inteligen atau tentara. Upaya itu harus bersama-sama, yakni kerjasama aparat dengan masyarakat. Semua pihak harus memiliki tanggungjawab keamanan. Namun demikian, saya berharap, masyarakat tidak terprovokasi oleh aksi-aksi yang dapat memicu munculnya tindak kekerasan dan konflik baru. Bom Poso sama sekali tidak ada kaitan dengan agama. Itu murni masalah sosial. Oleh sebab itu, masyarakat jangan terpancing karena ada pihak-pihak tertentu yang memang tidak menginginkan Poso aman. Inilah tanggungjawab kita semua.

Leave a comment