Dunia terus digemparkan oleh agresi Israel ke Libanon dan Palestina. Perhatian internasional yang kian kencang menunjukkan kekejaman Israel yang didukung habis-habisan oleh Amerika Serikat (AS) telah di luar batas. Kekejian itu sekaligus membuktikan Israel dan AS sebagai penjahat perang paling bengis di dunia modern saat ini.
Setelah Irak dan Afghanistan dilumat langsung oleh mesin perang super canggih AS, kini Paman Sam menjadi otak tunggal di balik layar pembantaian zionis Israel atas warga sipil Palestina dan Libanon. Kejahatan kemanusiaan ini harus diakhiri. Harus ada tindakan radikal melawan kesemena-menaan Israel dan AS. Tapi, dunia Islam dan Arab juga tak berdaya melawan itu. Mereka hanya mampu mengecam dan menyesalkan. Mengapa ini semua terjadi? Guru Besar sejarah UNJ dan penulis buku Tuhan Menyapa Kita (Mei-2006) yang juga mantan ketua PP Muhammadiyah, Prof Dr Ahmad Syafii Maarif, memaparkan kepada tim At-Tanwir. Petikannya:
Bagaimana Anda melihat agresi Israel ke Palestina dan Libanon?
Ini jelas kebiadaban yang sempurna. Kekejian yang begitu telanjang dilakukan negara terhadap warga sipil. Kekejian yang disponsori total oleh negara adi daya AS dalam menghancurkan nilai-nilai peradaban dan kemanusiaan. Ini suatu kejahatan mengerikan yang harus segera dihentikan.
Bagaimana menghentikan, sementara yang dilawan adalah kekuatan dunia?
Memang sulit, tapi harus ada upaya ke arah sana. Saya kira satu-satunya jalan adalah memaksa PBB mengambil tindakan riil menghentikan agresi Israel-AS. Memang PBB diakui sulit, karena di bawah ketiak Amerika. Tapi, kalau semua negara yang tergabung dalam PBB satu suara, saya yakin AS akan berpikir dan upaya penghentian dapat dilakukan.
Ini kan konflik menahun, klasik. Bagaimana Anda membacanya?
Ya, ini akibat perjanjian Balfour (1918) yang melegalkan keberadaan Yahudi di tanah Arab. Yahudi dunia lalu berdatangan ke wilayah Arab, dan pada 1948, di bawah sponsor AS, didirikanlah negara Israel. Perjanjian Balfour menjadi bom waktu, dan sampai kapanpun konflik akan terus berlangsung.
Mengapa begitu?
Dua alasan utama. Pertama, bom waktu Balfour menjadi landasan Israel tetap eksis di bumi Arab, apapun yang terjadi. Sebenarnya yang jahat ini kan yahudi dari luar Arab, khususnya dari Rusia dan Eropa. Yahudi asli Arab mayoritas mau hidup berdampingan dengan Arab. Kedua, selama Timur Tengah masih ada minyak, selama itu pula menjadi kawan candradimuka konflik kepentingan. Jadi, ini yang bermain adalah kelompok kepentingan.
Bagaimana Anda melihat rezim Bush yang mendukung habis Israel?
Bush dan kelompoknya ini kan haus kekuasaan dan perang. Menurut Noam Chomsky, motif Bush menjarah Irak sangat jelas, yaitu untuk menguasai sumber minyak negara itu. Klaim untuk membebaskan Irak dari tirani Saddam hanyalah dalih untuk menutup keserakahan terhadap minyak. Berikut ini sindiran tajam yang digunakan Chomsky: orang disuruh percaya bahwa Amerika telah membebaskan Irak, bahkan sekiranya produk pokoknya “adalah letis (tumbuhan yang daunnya dipakai untuk salada) dan acar dan sumber enerji utama dunia terletak di Afrika Tengah.” Jadi, sekiranya Irak tidak punya sumber energi strategis, Amerika pasti tidak akan memandang sebelah mata pada Irak. Lalu ketika ditanya tentang Bush, Chomsky mengatakan bahwa Bush hanyalah simbol, tetapi orang-orang yang ada di sekitarnya adalah “the most dangerous administration in American history.”
Ada yang mengatakan, konflik ini (Israel-Arab) sebagai konflik antar-agama/peradaban? Anda setuju?
Tidak ada. Masalah di Timur Tengah murni kepentingan, tak ada kaitannya dengan agama. Agama hanya dipakai sebagai alat saja. Dua kepentingan, yaitu politik dan ekonomi. Yang bertarung adalah dua kekuatan fundamentalis: Bush dan kelompoknya fundamentalis Kristen, dan Usamah bin Laden serta jaringannya fundamentalis Islam. Israel juga dikuasai kaum fundamentalis Yahudi.
Bagaimana dengan seruan sebagian umat Islam Indonesia untuk berjihad ke Timur Tengah?
Apa yang bisa mereka lakukan? Memang semudah membalik telapak tangan. Negara-negara Arab saja bungkam, lumpuh tak berdaya. Dunia Islam dan Negara-negara Arab sengaja tak ingin Palestina merdeka, karena mereka takut berkembangnya demokrasi. Demokrasi ancaman bagi rezim ‘republik-republik kerajaan’ Arab. Kita bantu dengan doa, dan banyak yang bisa kita kerjakan langsung di sini, seperti membantu bencana alam dan tsunami.
Apa yang harus dilakukan?
Kebalilah kepada Al-Quran. Berunding dengan Al-Quran, niscaya akan ditemukan jawabannya.
