Aktivitas dakwah Islam dari waktu ke waktu terus mengalami pasang surut. Harus diakui, problem yang dihadapi para juru dakwah Islam antara lain kerap mengabaikan cara atau strategi yang benar, sehingga tak jarang misi Islam tidak dapat tersampaikan dengan baik. Padahal masalah cara ini sangat penting agar ajaran Islam diterima semua kalangan tanpa pemeluk lain merasa terkebiri atau tersinggung. Mengetahui lebih detil masalah tersebut, berikut wawancara tim At-Tanwir dengan mantan menteri agama yang juga intelektual dan penulis buku Agama Kemanusiaan Agama Masa Depan, KH Dr dr Tarmizi Taher. Petikannya:
Menurut Anda, bagaimana perkembangan dakwah Islam saat ini?
Saya kira cukup baik. Dari waktu ke waktu aktifitas dakwah kian meningkat di hampir seluruh sektor, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Selama ini, aktifitas dakwah melulu dilakukan seperti tabligh akbar, ceramah, dan lain sebagainya. Namun sekarang sudah merambah ke sektor perekonomian seperti penerapan sistem ekonomi syariah, perundang-undangan yang mengakomodir nilai-nilai syariah, dan lain sebagainya. Ini merupakan bentuk dakwah yang nilainya tak kalah produktifnya dengan dakwah konvensional selama ini.
Apakah ini bentuk kesadaran baru dalam upaya meningkatkan kualitas dakwah Islam?
Bisa saja demikian. Berdakwah itu kan menyampaikan amanah Allah. Dalam Surat Al-Maidah ayat 67 ditegaskan, “Wahai Rasulullah, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabmu. Dan jika tidak kamu lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” Penegasan Quran ini harus kita sikapi dan kita tafsiri sebagai bentuk tanggungjawab kita menyampaikan amanah Allah tersebut. Sebagai dokter misalnya, bagaimana dapat menjalankan misinya tanpa melanggar etika agama sekaligus menjalankan profesinya diselingi dengan misi dakwah. Sebagai ekonom, bagaimana dapat menjalankan aktifitas ekonomi tanpa menabrak sistem ekonomi yang telah digariskan oleh Islam, dan sebagainya. Kesadaran diri di sini sangat penting untuk mengukur sejauhmana keberhasilan kita dalam melakukan syiar Islam tanpa menimbulkan kemadharatan bagi orang lain dan lingkungan sekitar. Ini bagian dari strategi dakwah dan komunikasinya bagaimana menyampaikan ajaran Islam yang tepat guna dan tepat sasaran.
Memang selama ini seperti apa strategi dakwah umat Islam?
Harus diakui, salah satu kelemahan kita menyampaikan ajaran Islam adalah soal cara atau strategi. Bagi saya, strategi ini sangat penting karena keberhasilan dakwah akan ditentukan oleh cara kita menyampaikan. Misalnya, bagaimana komunikasi kita dengan publik, apakah sudah sesuai dengan kondisi atau belum. Jangan segmen dakwah mayoritas kaum awam lalu kita menyampaikannya dengan cara ilmiah, begitu pula sebaliknya. Jangan pula menyampaikan dengan nada menggurui ada marah-marah. Komunikasi yang menyejukkan, santun, dan lembut sangat diperlukan. Jadi, agar yang kita sampaikan tidak menyinggung pemeluk agama lain, maka diperlukan model komunikasi yang produktif dan fungsional. Kita harus ingat, agama itu kan dinamis, produktif dan fungsional. Ini harus kita tangkap makna dan misinya agar agama tidak kehilangan dan ketinggalan elan vitalnya.
Bisa Anda jelaskan, dakwah yang fungsional atau agama fungsional?
Begini. Agama kan mempunyai dua peran, yaitu peran Ilahiah dan kemanusiaan. Artinya, agama tidak hanya mengandung satu wajah, tapi banyak wajah (dzul wujuh). Agama tidak hanya berkutat dan bersibuk diri mengurusi hubungan transenden manusia dengan penciptanya lewat perilaku ritual dan ibadah formal. Namun, agama harus membumi untuk menegakkan misi kemanusiaan sebagai wadah implementasi dan pedoman moral hubungan antarmanusia. Terlebih lagi, dari seluruh rangkaian ajaran Al-Quran, masalah kehidupan sosial kemanusiaan paling banyak mendapat porsi perhatian. Itu berarti misi Islam bagi implementasi nilai-nilai kemanusiaan dan moral sangat besar dan menjadi perhatian yang serius, tak kalah seriusnya dengan perhatian pada masalah-masalah ibadah mahdhah (ritual). Oleh karena itu, agama harus menjadi pilar penegak keadilan, hukum, pemberantasan kemaksiatan, penyokong pendidikan, serta perjuangan kemanusiaan lainnya. Agama sudah semestinya tidak hanya menjadi persoalan langit yang mengurusi hal yang metafisik. Agama juga harus membumi menjadi mengurusi persoalan kemanusiaan yang harus diperjuangkan dan ditegakkan misi universalnya.
Harapan Anda ke depan terhadap aktivitas dakwah Islamiyah?
Harus ada pembenahan di berbagai lini, terutama strategi dan pemahaman para dai dan ulama terhadap misi Islam. Adanya penafsiran ulang yang lebih cerdas dan manusiawi akan membantu memahamkan umat terhadap ajaran Islam yang lebih moderat, membumi, dan menjadi bagian dari solusi permasalahan, bukan menjadi bagian dari permasalahan itu sendiri.
