SAMPUL Majalah Berita Mingguan Tempo edisi no 50/XXXVI/04-10 Februari 2008 sedang jadi buah bibir. Ilustrasi “Perjamuan Terakhir Soeharto” memperlihatkan Soeharto dan anak-anaknya sedang duduk menghadapi meja panjang. Setting ruangan dan latar belakang ilustrasi itu mengingatkan orang pada lukisan “The Last Supper” karya Leonardo da Vinci.
Soeharto digambarkan mengenakan baju putih-putih. Wajahnya yang lesu dan letih dipalingkan sedikit ke kiri, ke arah tiga anaknya; Sigit Harjojudanto, Bambang “Mayang Sari”, dan si bungsu Siti Hutami Endang Adiningsih alias Mamiek.
Air muka Sigit digambarkan kaget dan mencibir, kedua tangannya direntangkan seakan menghalangi Bambang dan Mamiek mendekat ke arah Soeharto. Sementara Bambang seakan ingin mendengar lebih jelas kata-kata Soeharto mencondongkan wajahnya ke depan.
Di sisi lain, Siti Hardianti Rukmana alias Tutut si anak sulung duduk bersama Siti Hedijati Harijadi alias Tatiek. Mereka berdua digambarkan sedang berbicara. Sementara Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto bangkit dari tempat duduknya dan membisikkan sesuatu kepada Tutut.
Kendra Paramita, si ilustrator sampul, mengaku dirinya memang terinspirasi “The Last Supper” karya da Vinci. Lukisan da Vinci itu menggambarkan pertemuan terakhir Yesus bersama ke-12 muridnya di Taman Getsemani atau Taman Zaitun, pada malam sebelum ia ditangkap pasukan Romawi.
Tak puas dengan pertemuan yang digelar di kantor Tempo hari Selasa (5/2), hari Jumat kemarin waktu Indonesia (8/2) kelompok yang menamakan diri Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Kristen, Pemuda Gereja Indonesia, serta Perhimpunan Mahasiswa Katholik Indonesia, melaporkan sampul depan Tempo itu ke Polda Metro Jaya. Mereka menuding Tempo telah melanggar pasal 156A KUHP tentang penodaan agama.
“Gambar tersebut diyakini sebagai gambar yang sakral buat umat Krsitiani,” kata Marcelinus, jurubicara kelompok itu.
Pemimpin Redaksi Tempo Toriq menilai pengaduan yang dilakukan sekelompok orang itu berlebihan. Dalam pertemuan hari Selasa sebelumnya, menurut Toriq pihaknya telah menyampaikan permohonan maaf dan penjelasan bahwa Tempo sama sekali tidak bermaksud menyinggung perasaan umat Kristiani dengan gambar sampul itu. Tempo juga bersedia menarik majalah edisi itu dari peredaran dan mengganti gambar sampul untuk edisi bahasa Inggris. Singkatnya, Toriq mengangap pertemuan itu sudah menghasilkan kesepakatan
“Setelah membaca surat di laporan itu, saya merasa penuh tanda tanya. Dalam surat pengaduan mereka seolah-olah bahwa Tempo sudah bersalah melakukan penghinaan dan penistaan terhadap umat Kristiani,” papar Toriq seperti dikutip myRMnews.
“Sepertinya permintaan maaf kami itu dijadikan alat memukul balik,” sambung Toriq.
Berbeda dengan sekelompok orang yang melaporkan Tempo ke kantor polisi, Romo Beni Susetyo dari Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) mengatakan ilustrasi “Perjamuan Terakhir Soeharto” bukan bentuk penistaan terhadap agama.
“Tidak perlu dibesar-besarkan lagi. Secara hierarkis tidak ada masalah. Yang menganggap itu masalah hanya perseorangan. Sudah selesai dengan permintaan maaf secara terbuka oleh Tempo,” kata dia masih seperti dikutip myRMnews.
Menurut Romo Beni yang juga aktivis perdamaian lintas agama itu, masih banyak persoalan yang jauh lebih substansial yang tengah terjadi di tengah masyarakat, mulai dari banjir, krisis pangan, sampai kemiskinan. “Itu yang harus dikedepankan”.
wah, panjang nih… ayo, tempo, maju terus, lawan aja!
wah, jadi panjang nih. ayo tempo, maju terus, lawan aja!
Sebagai anggota jemaat gereja yang lebih nyaman duduk di deretan kursi palling belakang, aku yakin parodi yang dilakukan Tempo masih dalam batas yang bisa kita nikmati tanpa menjadi sakit apalagi sesat.
Lagipula, kita kan selalu menyebut Tuhan Yang Maha Kuasa, namun anehnya masih ada saja yang merasa terpanggil atau dapat mandat untuk membela atau melindungi ajaran-ajaranNya. Emangnya Tuhan nggak bisa menyelamatkan “agama” yang direstuinya ?
buat yang berminat, artikel terbaru di blogku adalah ,”Soeharto, Pahlawan atau Penghianat Bangsa?”, silakan lihat di http://ayomerdeka.wordpress.com/
Thx Bung Teguh
isa as nabiku tidak meninggal ditiang salib, dan nanti dia akan diturunkan kembali seperti halnya dulu dia diangkat oleh Allah swt. Tentang perjamuan itu saya tidak mau ikut campur.