JENDERAL M Jusuf dipercaya menjadi kunci yang dapat menguak misteri Kahar Muzakkar, selain Supersemar. Sayang, sampai akhir hayatnya, September 2004, bekas Panglima ABRI yang dikenal dekat dengan prajurit itu sama sekali tak buka mulut tentang misteri kematian Kahar Muzakkar, juga tentang Supersemar.
Kahar Muzakkar dan Jenderal Jusuf punya hubungan yang terbilang dekat. Dalam sebuah tulisan, wartawan senior Rosihan Anwar yang menjadi saksi banyak peristiwa sejarah di republik ini menuliskan sebuah catatan.
“Pada akhir tahun 1945 seorang pemuda bangsawan Bugis usia 17 tahun naik perahu pinisi di Makassar berlayar menuju Pulau Jawa dengan tujuan bergabung dengan pemuda pejuang untuk mempertahankan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus terhadap serangan Belanda Kolonial. Pemuda itu ditampung oleh Kahar Muzakkar yang berada dalam KRIS (Kebaktikan Rakyat Indonesia Sulawesi) dan kemudian menjadi ajudan Letkol Kahar Muzakkar di Staf Komando Markas ALRI Pangkalan X di Yogyakarta.”
Pemuda yang dimaksud Rosihan adalah Jusuf muda yang kelak menjadi salah seorang jenderal berpengaruh di tubuh angkatan bersenjata kita.
Ikuti edisi lengkap kisah misteri Kahar Muzakkar ini:
Sakit Gula, “Kahar Muzakkar” Meninggal Dunia
Misteri Kahar Muzakkar
14 Bulan di Belantara, Ili Sadeli Menembak Kahar Tiga Kali
“Dia Bukan Kahar Muzakkar, Dia Orang Banjar”Dan tulisan pembuka:
Sepenggal Kahar Muzakkar di Parung Bingung
Hamid Awaluddin, bekas anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang kini jadi Menteri Hukum dan HAM juga punya catatan tentang hubungan Kahar Muzakkar dan Jenderal Jusuf.
“Namun, ketertutupan M Jusuf tentang misteri ini, amat logis dan gampang dipahami. M Jusuf merahasiakan jenazah Kahar Muzakkar demi menghindari pertumpahan darah. M. Jusuf menutupi ini untuk menghindari adanya sebuah tempat, yang bisa dijadikan simbol kemarahan dan kebencian, yang suatu saat, bisa memicu pelatuk kemarahan bagi pengikut atau orang yang sefaham dengan Kahar Muzakkar. Bagi M. Jusuf, nisan adalah simbol yang bisa jadi mithos, dan mithos bisa dijadikan jalan menuju apa saja.”
Menurut Hamid, kala itu, ketika pemerintah pusat melalui tangan Jenderal Jusuf berusaha menghentikan pemberontakan Kahar Muzakkar, yang dikerahkan adalah pasukan dari Jawa, banyak orang yang bertanya-tanya. Mengapa Jusuf membiarkan orang yang satu suku dengan dirinya dihantam suku lain?
“Baginya, jika Kahar Muzakkar digempur dengan pasukan lokal, persoalan bisa berlarut-larut sebab pasukan lokal yang ada, pasti memiliki tali temali kekeluaragaan dengan Kahar Muzakkar, atau pengikut dan pasukan Kahar Muzakkar. Ikatan emosional seperti itu bisa memperpanjang agenda perang, atau memperpanjang agenda dendam.”
Begitulah. Cerita tentang (kematian) Kahar Muzakkar dibawa Jenderal Jusuf hingga ke liang lahat.
Sementara itu, ada versi lain tentang “kematian” Kahar Muzakkar. Konon, Kahar Muzakkar (tanpa mengurangi rasa hormat kepada Serma (pur) Ili Sadeli yang menembak mati Kahar Muzakkar) tidaklah tertembak mati. Dia ditangkap hidup-hidup. Setelah mendengar penangkapan itu Jenderal Jusuf mendatangi lokasi penangkapan. Dia dan Kahar yang pernah jadi atasannya kemudian masuk hutan. Di tengah hutan itulah, Kahar dilepas dengan satu syarat: jangan pernah lagi menampakkan diri. Anggaplah sudah mati.
Cerita ini mahsyur di kalangan orang yang merasa Kahar Muzakkar masih hidup. Antara lain, orang-orang yang dekat dengan Syamsuri Abdul Madjid yang meninggal dunia dua pekan lalu (5/8).
Apakah benar Kahar Muzakkar baru meninggal dunia Agustus 2006, bukan Februari 1965?
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Sulawesi Selatan, Aziz Kahar Muzakkar, mengatakan dirinya tak percaya dengan spekulasi yang menyebut bahwa Syamsuri adalah ayahnya, sang Kahar Muzakkar.
Ketika dihubungi Situs Berita Rakyat Merdeka, Aziz mengatakan dirinya mendengar bahwa beberapa jam sebelum menutup mata untuk selama-lamanya, Syamsuri membuat pengakuan. “Saya bukan Kahar Muzakkar. Saya orang Banjar,” kata Aziz mengutip pengakuan Syamsuri yang didengarnya.
Menurut Aziz, sejak lama mereka menyakini bahwa ayahnya telah wafat puluhan tahun lalu. Walau mengenal Syamsuri, dia dan keluarganya tidak percaya Syamsuri adalah Kahar Muzakkar.
Susana Corry van Stenus – selamat jalan Ibunda tercinta – Semoga arwamu ya bunda, diterima di sisi Sang Khalik, Pencipta Alam Semesta, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Memang paraikatte Abdul Kahar Muzakar sudah lama wafat. Secara fisik jasadnya telah menyatu dengan bumi. Kembali kepangkuan Ibu Pertiwi. Namun, semangat, kepemimpinan, ketegaran, kebesaran jiwa, keberanian dan ketangguhan, karakter serta kepribadian beliau yang luar biasa…… tidak pernah, ulangi tidak akan pernah mati. Selalu hidup dalam jiwa anak negeri bahkan selalu tertanam dalam jiwa orang-orang yang mengenalnya, bahkan pula pada siapapun yang baru mengenalnya.
Saya, Romuku Uemanawu – walau tidak seiman dengan beliau yang adalah Muslim sejati – namun saya mengaguminya. Bukan karena saya anak desa Mangkutana, tetangga desa Lanipa kelahiran bapak Kahar. Saya sangat mengerti mengapa beliau bangkit bertempur memperjuangkan cita-citanya. Sebagai konsekwensi perjuangan beliau telah memberi teladan kepada siapapun bahwa perjuangan memerlukan pengorbanan.
Mari lanjutkan semangat juang beliau, pada jalur dan posisi masing-masing saudara. Untuk menuju kesejahteraan dan kemakmuran Indonesia Raya, NKRI dari Sabang sampai Merauke.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa, menolong kita semua. Amin.
Salam,
Romuku Uemanawu
Salut utk Romuku coment anda menandakan seorang Nasionalis…!! Diharapkan saudara2 Muslim yg egois juga harusnya memiliki jiwa yg sama demi langkah Indonesia kedepan menuju arah yg lebih baik. Sebab umat lain selama ini cenderung mengalah saja apa yg dilakukan oleh mereka Islam2 garis keras. Tapi saya bersyukur masih banyak juga teman2 muslim yg berjiwa Nasional, seandainya tdk ada mereka mungkin kita sudah habis ditebang hehehe tapi yakinlah Tuhan maha kuasa.
Alhamdulillah saya pernah ke Bogor dan bertemu serta ikut diskusi dengan Kyai Samsuri yang oleh sebagian kalangan dianggap sebagai Bapak Abdul Qahhar Mudzakkar dan saya tanyakan kepada Beliau tentang sistem ekonomi Islam? tapi Beliau jawab nanti dilain waktu kita bertemu lagi dan bicara secara khusus. Bahkan pertanyaan saya tentang detik-detik meninggalnya Bapak Abdul Qahhar Mudzakkar? malah dijawab Beliau agar bertanya pada Guril Qahhar Mudzakkar dan Mama Qary. Kodoong. Mungkin kita harus mencari Andi Kaso di Malaysia karena Beliau hidup sezaman dengan Bapak Abdul Qahhar Mudzakkar dan diangkat sebagai wakil Beliau di Malaysia. Kalau tidak salah Kyai Samsuri punya pengikut di Malaysia diberi nama Jundullah. Woullohua’lam.