0301

SEJAK enam tahun terakhir Turki yang berbatasan langsung dengan Irak di selatan menempatkan pasukannya, merengsek wilayah utara negara Saddam Hussein itu. Barmani, adalah kota kecil milik Irak di garis perbatasan yang dikuasai Turki. Di tempat ini Turki mendirikan pangkalan militer semi permanen.
Lusinan tank dan ratusan pasukan Turki hilir mudik setiap hari. Mereka siap siaga setiap saat. Kurdistan Democratic Party (KDP) pimpinan Massod Barzani dan Patriotic Union of Kurdistan (PUK) pimpinan Jalal Talabani, dua kelompok Kurdi anti-Saddam Hussein, terpaksa membiarkan pasukan Turki menempati empat pangkalan militer mereka.
Bagaimana dengan Saddam Hussein?
Sejak Irak dijatuhi sanski oleh PBB tahun 1991 silam, Saddam Hussein dan pemerintahannya yang terkenal garang itu tak punya kekuasaan barang seujung kuku pun di kawasan utara dan selatan Irak. Tadinya, kawasan utara dan selatan Irak ditetapkan PBB cuma sebagai zona larangan terbang (no-fly zone) bagi pesawat-pesawat militer Irak. Tapi lambat laun, pemerintah Irak sama sekali kehilangan kontrol atas dua daerah itu.
Tidak mudah bagi suku Kurdi mendekati tempat-tempat yang dikuasai pasukan Turki. Walau jumlah orang Turki sedikit, tapi mereka adalah raja di kawasan Kurdi itu.
Menurut Turki, pasukan yang mereka tempatkan di utara Irak berfungsi membendung arus pengungsi Irak bila Amerika dan sekutunya melancarkan serangan. Selain itu, Turki juga punya alasan yang lebh manis. Mereka tak ingin, setelah Saddam digulingkan, kelompok Kurdi anti-Saddam yang dipimpin Talabani dan Barzani mendirikan negara baru di kawasan itu. Bagi Turki, dua kelompok Kurdi ini akan menjadi ancaman berikutnya, dan menghilangkan peluang Turki merebut sumur-sumur minyak milik Irak di Kirkuk. Sekali lagi: minyak.
Tidak Amerika, tidak Turki, semua mengepung Irak karena minyak.
Kirkuk yang dihuni suku Turkmen, Arab dan Kurdi, kata Turki lagi, adalah bekas wilayah mereka yang hilang pasca Perang Dunia Pertama. Mungkin Turki merasa, kinilah saatnya merebut kembali tanah yang hilang itu. Sampai kini, Kirkuk masih berada di bawah kontrol Saddam Hussein.
Kelompok Kurdi anti-Saddam punya pasukan tempur juga. Mereka dijuluki peshmerga. Artinya, orang-orang yang berani menantang maut. Bagaimana pun bentuk maut itu.
Tadinya pasukan tempur Kurdi ini membangun benteng yang kuat di sekitar kota kecil bernama Aloka. Mereka mendirikan sebuah checkpoint, pos pemeriksaan bagi siapapun yang hendak melintas wilayah itu. Mereka menciptakan garis demarkasi yang jelas, mana tanah Irak dan mana tanah suku Kurdi. Laras Automat Kalashnikov (AK) seri 47 yang mereka miliki, semuanya diarahkan ke Baghdad.
Belakangan mereka baru sadar, Turki sudah masuk ke wilayah mereka.
Nah, kini kekuatan pasukan dibagi dua. Sebagian dipertahankan menghadap ke Baghdad. Sebagian lagi bergerak memutar, membangung pangkalan di utara, menghadap Turki. Para pejuang peshmerga tak sudi kemerdekaan yang sejak lama mereka impikan direbut orang lain begitu saja. Mereka akan menghadapi siapapun yang mencoba merenggut mimpi mereka. Tidak peduli pencoleng itu bernama Turki yang di-backup bos pencoleng Amerika.[t]