0216
SAYYIDAH Zaenab adalah nama sebuah distrik, sekitar sepuluh kilometer dari kota Damaskus. Ini tempat yang cukup unik.
Nama Sayyidah Zaenab diambil dari nama adik Hussein bin Ali bin Abu Thalib, yang tewas dibunuh di Padang Karbala, Irak sana, beberapa abad lalu. Bersama kepala kakaknya, Sayyidah Zaenab dibawa ke Damaskus oleh pasukan Yazid bin Muawiyah Abi Sofyan.
Sayyidah Zaenab meninggal dalam tahanan bani Muawiyah beberapa bulan kemudian. Nah, di distrik itulah jasadnya dikubur, dan hingga sekarang menjadi salah satu tempat penting bagi kaum Syiah.
Foto: bersama Syeikh Muadhidi.
Distrik Sayyidah Zaenab jadi tempat penampungan para pengungsi dari beberapa negara tetangga Syria. Ada yang dari Palestina, Afganistan dan Pakistan. Orang-orang Irak yang merasa terancam oleh pemerintahan Saddam Hussein, sebagian juga melarikan diri ke Sayyidah Zaenab. Kebanyakan mereka adalah kaum Syiah.
Kaum ulama Iran menempatkan seorang perwakilan di Sayyidah Zaenab. Namanya Syeikh Muadhidi yang juga bertindak sebagai jurubicara pemimpin spritual Iran Imam Khamenei di Tehran. Beberapa kawan membawa saya ke markas Syeikh Muadhidi. Kami menyusuri gang demi gang di Sayyidah Zaenab untuk mencapai kantor Syeikh Muadhidi.
Petang itu, menjelang shalat Maghrib, Syeikh Muadhidi mengenakan jubah besar (aba’ah) cokelat dan sorban (imamah) putih. Janggutnya dipelihara lebat. Suaranya kadang tinggi, kadang rendah. Ia menyambut saya dengan ramah. Teh manis panas menemani pembicaraan itu. Di sela pembicaraan kami shalat Maghrib dan Isya berjamaah. Di belakang, di barisan ma’mum saya terbata-bata mengikuti shalat “gaya” Syiah ini.
“Amerika berusaha menguasai kawasan Arab sejak dulu. Mereka memecah belah bangsa Arab. Kami menentang rencana Amerika menyerang Irak. Tapi alasan kami tak serupa dengan alasan Saddam Hussein. Kami membantu rakyat Irak, bukan membantu Saddam,” katanya.
Syeikh Muadhidi punya teori menarik tentang perang besar antara Iran dan Irak di tahun 1980-an. Amerika terganggu dengan revolusi Iran tahun 1979, katanya. Beberapa diplomat Amerika disandera pemerintah Iran, agar Amerika mengembalikan uang rakyat Iran yang disimpan oleh rezim Syah Pahlevi yang ditumbangkan Imam Khomeni.
Nah, Syeikh Muadhidi dan pemerintah Iran percaya Amerika mensuplai berbagai senjata canggih ke Irak untuk menghancurkan Iran.
“Jadi, kalau sekarang Amerika ngotot mengatakan Irak punya senjata pemusnah massal, senjata kimia dan sebagainya, karena mereka lah yang menghirimkannya dulu. Mereka tahu pasti, masih ada yang belum digunakan Irak. Bagi kami, Saddam Hussein adalah kaki tangan Amerika. Setidaknya bekas kaki tangan,” urainya.
Kata Syeikh Muadhidi, persoalan di Irak tidak sederhana. Bagi Iran pilihannya adalah dua, mengganti pemerintah Saddam atau tidak.
Persoalannya, Amerika ingin membonceng upaya kelompok oposisi Irak menjatuhkan Saddam. Kelompok oposisi ini dengan rela hati membiarkan diri mereka ditunggangi Amerika Cs. Dalam sebuah pertemuan di London beberapa pekan lalu, kelompok oposisi dikumpulkan Amerika dan Inggris.
“Mereka bilang, tidak masalah walau yang mengganti Saddam adalah anjing. Yang penting Saddam jatuh dulu. Kami di Iran juga tidak setuju dengan sikap seperti ini. Kalau pengganti Saddam jauh lebih buruk dari Saddam, buat apa?” tanyanya.
Iran merasa, setelah Irak, Amerika akan menghancurkan Iran. Bulan Oktober tahun lalu Presiden George W Bush menyebut-nyebut tiga negara poros setan yang harus dihancurkan, yakni Korea Utara, Irak dan Iran. Padahal, bagi penduduk dunia, Amerika lah bos-nya setan.
“Siapapun tahu, kekuatan Amerika sangat besar. Tapi kami tidak takut. Rakyat Iran telah mempersiapkan diri berperang dengan Amerika. Sejak lama kami menentang Amerika. Bahkan perang dengan Irak dulu itu, sesungguhnya adalah perang antara Iran melawan Irak, Amerika dan negara-negara Eropa yang mensuplai Irak,” katanya sekali lagi.[t]
One thought on “Sayyidah Zaenab”