Bung Karno Mencari Makam Imam al Bukhari

img_3116-1

DI Tashkent tidak ada Jalan Bung Karno. Tapi bukan berarti rakyat Uzbekistan tidak mengenal presiden pertama Republik Indonesia itu.

Bagi masyarakat Uzbekistan, Bung Karno adalah “penemu” makam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju’fi al-Bukhari alias Imam Al Bukhari, salah seorang perawi hadist Nabi Muhammad SAW yang mahsyur.

Itulah sebabnya mengapa ketika saya mendarat di bandara Tashkent beberapa hari lalu, tak sedikit supir taksi yang berteriak “Sukarno, Sukarno” begitu tahu saya dari Indonesia. Mereka membungkukkan badan sambil meletakkan tangan kanan mereka di dada, mengundang saya naik taksi mereka. Mereka juga memuji pin merah putih bergambar Sukarno yang saya sematkan di dada kiri. Pin itu saya dapatkan dari pendiri Universitas Bung Karno (UBK), Rachmawati Soekarnoputri, sebelum saya meninggalkan Jakarta.

Saya hendak masuk ke sebuah taksi, ketika tiba-tiba mendengar suara memanggil nama saya. Seorang laki-laki mengenakan jaket kulit hitam melambaikan tangan. “Pak Teguh, tunggu,” katanya berjalan menghampiri.

Dia memperkenalkan diri sebagai staf KBRI Tashkent yang ditugaskan menjemput saya di bandara. Namanya Kharamon.

Beberapa hari sebelum berangkat ke Tashkent saya memang sempat mengirimkan sebuah fax ke KBRI Tashkent untuk mengabarkan kedatangan saya. Tapi saya tak mengira akan dijemput di bandara.

Tadinya, saya berencana naik taksi dari bandara untuk mencari hotel di pusat kota. Saya kira satu atau dua hari di Tashkent adalah waktu yang cukup untuk mengumpulkan informasi tentang perjalanan ke Afganistan. Setidaknya, dari Tashkent saya akan terbang ke Termez, di perbatasan negeri ini dengan Afghanistan.

Saya jelaskan rencana itu kepada Kharamon. “Kita akan ke Kedutaan dulu,” katanya.

Dalam perjalanan, dengan menggunakan bahasa Inggris yang terkadang dicampur bahasa Indonesia, Kharamon bercerita banyak tentang kotanya. Termasuk, kisah kunjungan Bung Karno ke Tashkent dan memori kolektif yang dimiliki masyarakat Uzbekistan, khususnya Tashkent, pada sosok agung itu.

Masyarakat Uzbekistan, katanya lagi, sangat berterima kasih pada Bung Karno atas “penemuan” makam Imam Bukhari.

Saya tersenyum mendengar cerita Kharamon, sambil mata saya mengamati jalanan dan gedung-gedung di sisi jalan, juga kendaraan yang lalu lalang termasuk bis listrik yang memiliki pengait listrik di bagian atapnya.

Hujan baru saja berhenti, jalanan masih basah dan orang yang lalu lalang berjalan hati-hati menghindari genangan air. Beberapa pekerja sedang merapikan jalan, juga ada yang tengah membongkar rel kereta tram.

Sebelum peradaban Islam tiba di kota itu pada abad ke-8, Tashkent kebih dahulu dipengaruhi peradaban kuno Persia dari daerah yang dikenal dengan nama Sogdian dan Turkis. Di masa itu, Tashkent dikenal dengan nama Chach atau Chashkand.

Di paruh pertama abad ke-13, Tashkent sempat hancur oleh serangan pasukan Jengis Khan. Di abad selanjutnya, di era Dinasti Timur, Tashkent kembali bangkit bersamaan dengan perdagangan yang tumbuh subur di sepanjang Jalur Sutra yang menghubungkan Eropa dan Asia Timur.

Lalu sepanjang abad ke-18 Tashkent menjadi negara kota yang independen. Di abad ke-19 Keamiran Kokand menaklukkan Tashkent, sebelum akhirnya di akhir abad itu Tashkent jatuh dalam kekuasaan Kekaisaran Rusia dan menjadi ibukota negara bagian Turkestan.

Apapun yang terjadi di masa silam, Tashkent kota yang indah, kesimpulan saya.

Bung Karno berkunjung ke Uzbekistan di awal September 1956. Perjalanan ke Tashkent adalah bagian dari kunjungan kenegaraan Bung Karno ke Uni Soviet selama dua pekan. Sebelum ke Tashkent, Uzbekistan, dari Moskow Bung Karno yang didampingi antara lain Menlu Ruslan Abdul Gani, lebih dahulu singgah di Leningrad atau St. Petersburg dan Swerdlowsk.

Di hari kedatangannya di Tashkent, masyarakat tumpah ruah memenuhi jalanan. Mereka ingin melihat langsung Si Bung Besar dari negeri seberang. Di bandara Tashkent, Bung Karno disambut pejabat-pejabat tinggi Uzbekistan.

Lalu Bung Karno dibawa mengunjungi sejumlah tempat penting di Tashkent. Misalnya, meninjau pabrik elektrokimia di Chirchik. Menurut Kharamon, Chirchik juga dikenal sebagai pangkalan angkatan udara. Dia berjanji membawa saya ke Chirchik bila waktu sudah memungkinkan.

Tempat lain yang dikunjungi Bung Karno di Tashkent adalah Universitas Pendidikan di pusat kota, dimana ia sempat memberikan kuliah singkat di hadapan civitas akademika.

Kemarin (25/10), Kharamon membawa saya ke universitas itu.

Bung Karno pun sempat berpidato di Stadion Pakhtakor. Dalam pidatonya, Bung Karno menceritakan perjuangan bangsa Indonesia merebut kemerdekaan dari penjajah, dan perlunya persatuan negeri-negeri Asia dan Afrika menghadapi nekolim.

Setelah menghabiskan satu malam di Tashkent, keesokan harinya Bung Karno berangkat ke Samarkand.

Untuk kunjungan ke Samarkand ini, ceritanya agak lebih dramatis kalau tidak mau disebut melebih-lebihkan. Konon, sebelum datang ke Uni Soviet atas undangan Sekjen Partai Komunis Uni Soviet Nikita Khrushchev, Bung Karno mengajukan satu syarat yang terdengar tak biasa di telinga Khrushchev.

Kira-kira begini dialog antara Bung Karno dan Khrushchev.

“Saya mau datang ke Moskow dengan satu syarat mutlak yang harus dipenuhi. Tidak boleh tidak,” kata Bung Karno.

“Apa syarat yang Paduka Presiden ajukan?” Khrushchev balik bertanya.

Bung Karno menjawab, “Temukan makam Imam Al Bukhari. Saya sangat ingin menziarahinya.”

Tidak mau membuang waktu, Khrushchev segera memerintahkan pasukan elitnya untuk menemukan makam dimaksud. Entah berapa lama waktu yang dihabiskan anak buah Khrushchev untuk menemukan makam itu, yang jelas hasilnya nihil.

Khrushchev kembali menghubungi Bung Karno. “Maaf Paduka Presiden, kami tidak berhasil menemukan makam orang yang Paduka cari. Apa Anda berkenan mengganti syarat Anda?”

“Kalau tidak ditemukan, ya sudah, saya lebih baik tidak usah datang ke negara Anda,” tegas Bung Karno.

Kalimat singkat Bung Karno ini membuat kuping Khrushchev panas memerah. Khrushchev kembali balik kanan, memerintahkan orang-orang nomor satunya langsung menangani masalah ini.

Akhirnya setelah bolak-balik, serta lebih serius mengumpulkan informasi dari orang-orang tua Muslim di sekitar Samarkand, anak buah Khrushchev menemukan makam Imam Al Bukhari. Imam kelahiran Bukhara pada tahun 810 M itu meninggal dunia dan dimakamkan di Samarkand pada 870 M.

Ketika “ditemukan”, konon makam Imam Al Bukhari dalam kondisi rusak tak terawat.

Khrushchev memerintahkan agar makam itu dibersihkan dan dipugar secantik mungkin.

Selesai renovasi, Khrushchev menghubungi Bung Karno kembali dan mengabarkan bahwa misi pencarian makam Imam Al Bukhari berhasil.

Mendengar laporan itu, sambil tersenyum Bung Karno mengatakan, “Baik, saya datang ke negara Anda.”

Dramatisasi?

Entahlah. Yang jelas, saya rasa karena Bung Karno, ketika mendarat di bandara Tashkent saya mendapat sambutan hangat dan bersahabat.

Kisah Bung Karno di Uzbekistan belum berakhir. Dalam sebuah catatan mengenai perjalanan Bung Karno ke Uni Soviet di tahun itu saya pernah membaca tentang telegram yang dikirimkan seorang warga Tashkent kepada Bung Karno. Ketika itu Bung Karno sudah berada di Moskow lagi dan sedang bersiap-siap meninggalkan Uni Soviet.

Di dalam telegramnya, lelaki itu mengatakan bahwa di hari kedatangan Bung Karno di Tashkent istrinya melahirkan seorang bayi perempuan. Dia begitu gembira, dan meminta Bung Karno berkenan memberikan nama untuk anaknya.

Sebelum meninggalkan Moskow, lewat telegram balasannya, Bung Karno berpesan agar bayi perempuan tersebut diberi nama Julduz. Artinya, Bintang. [guh]

Author: TeguhTimur

Born in Medan, lives in Jakarta, loves Indonesia.

63 thoughts on “Bung Karno Mencari Makam Imam al Bukhari”

  1. Ceritanya saya dengar dari kawan-kawan di Tashkent, waktu saya ke sana. Kurang lebih begitu. Konon memang ada dialog, dan Presiden Sukarno yang memang suka ceplas ceplos itu menyampaikan keinginannya menziarahi makam Imam Bukhari di Samarkand. Maka makam Imam Bukhari yang lama tak dirawat sejak Uzbekistan menjadi bagian Uni Soviet, kembali dibersihkan.

    Memang tak ada catatan resmi mengenai pembicaraan antara kedua kepala negara. Tetapi kira-kira begitulah berdasarkan yang saya dengar. Saya meramunya dengan “jurus kira-kira” sambil mengkonstruksi isi dialog berdasarkan gambaran yang saya (sedikit) pahami tentang gaya komunikasi Bung Karno (ketika itu), dan kedekatannya dengan kubu Soviet.

    Kawan lain yang orang Uzbekistan mengatakan bahwa ketika Bung Karno tiba di Tashkent, ramai sungguh warga Tashkent yang turun ke jalan untuk menyambut si Bung. Dia disambut di sebuah universitas yang sekarang jadi semacam institut keguruan atau pendidikan.

    Saya memang tak sempat singgah di Samarkand. Dari Tashkent saya menuju Termez, ke perbatasan negara itu dengan Afghanistan.

    Kalau ada informasi lain mengenai hal ini, saya juga ingin mendengarkan. Terima kasih.

    Tabik.

  2. kebetulan saya jg pernah tugas ke Tasken Uzbekistan Desember 2006, dan sempat berkunjung ke Samarkhan,. Krn kami dari Indonesia, mk kami mendapatkan perlakuan khusus dipersilahkan ziarah di makam Imam Bukhari dan masuk kedalam, sedangkan pengunjung lain pada umumnya hanya ditunjukkan dari luar saja. Dan memang benar sekali, penjaga dan petugasnya memang menyebut2 nama Soekarno setelah mendengar kami dr Indonesia, katanya beliaulah yg pertama kali menemukan dan memugar makan tersebut

  3. tahukah anda bahwa imam bukhari adalah orang yang meriwayatkan hadits

    لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ
    Tidaklah ditekankan untuk berziarah kecuali untuk mengunjungi tiga masjid (H.R Bukhari :1115)
    dan tahukah anda bahwa murid beliau (imam muslim) adalah orang yang meriwayatkan hadits wasiat nabi kepada ali untuk meratakan semua kuburan

    Dari Abu Al-Hayyaj Al-Asadi dia berkata: ‘Ali bin Abi Tholib rodhiAllohu ‘anhu berkata kepadaku:

    أَلَا أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِي عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ لَا تَدَعَ تِمْثَالًا إِلَّا طَمَسْتَهُ وَلَا قَبْرًا مُشْرِفًا إِلَّا سَوَّيْتَهُ

    “Maukah kamu aku utus sebagaimana Rosulullah shollallohu ‘alaihi wasallam telah mengutusku? Hendaklah kamu jangan meninggalkan patung-patung kecuali kamu hancurkan, dan jangan pula kamu meninggalkan kuburan kecuali kamu ratakan.” (Hadits Shohih Riwayat Muslim no.1609 pada Kitab Jenazah, Bab: Perintah Meratakan Kuburan) http://www.lidwa.com dan http://www.al-atsariyyah.com

    ya saudaraku kita menghormati beliau dengan cara membaca kitab karangan beliau, mengamalkan hadits2 yang beliau riwayatkan, dan mendoakan beliau

    1. Mas, silakan ngaji lagi sama ulama atau ustadz yang punya sanad keilmuan sampai Rasulullah SAW. Untuk ngerti maksud Hadits itu, jangan baca terjemahannya doang. Bahasa Arab itu luar biasa … bahkan gak semua orang Arab lebih paham bahasa Arab dibandingkan kyai-kyai pesantren.

    2. memang begitulah sebagai seorang muslim yang seati harus bisa mengamalkaN, bukan hanya mengedepankan simbol-simbol yang kadang malah tidak sesuai dengan agama Islam

  4. wow, saya baru tahu ini barusan dari acara kick andy, ekspedisi fastron, bucek depp & tim ke moskow, malam ini. tapi anda dapat informasi ini sepuluh tahun lalu.

    *saya googling dengan kata kunci “makam imam bukhori+rusia”. nice!

  5. Tapi tafsir hadis itu bukan berarti kuburab itu batu nisannya di ratakan dan dihancurkan,itu perlu belaajar hadis memakai Sanad langsung pake guru mursyid,

  6. saat bekerja di Qatar, saya pernah menerima tamu berpaspor rusia, muslim.

    Dia menepuk pundak saya sembari berseru Ahmad soekarno.

    Lalu cerita ttg suatu makam …

    Saya agak kurang faham,krn dia bhs inggris nya terbata bata

  7. ceritanya hampir mirip dengan cerita dengan pengalaman tim metro tv yg menjelajahi daratan asia-eropa dan kebetulan singgah di uzbekistan,,,mereka disambut hangat oleh penjaga makam imam bukhari karena mereka berasal dari Indonesia….

    begini hasil wawancara tim dengan penjaga makam :
    Ketika Uzbekistan masih termasuk Uni Soviet, Soekarno-dalam sebuah kunjungan kenegaraan ke Uni Soviet pada 1959-pernah meminta petinggi Partai Komunis untuk mencarikan makam orang suci Islam yang sangat terkenal bernama Imam Bukhari.

    Setelah tiga hari pencarian, makam Imam Bukhari ditemukan. Soekarno naik kereta dari Moskow ke Samarkand, tempat Bukhari meninggal dunia dan jenazahnya dimakamkan sekitar tahun 870.

    “Beliau tiba pada malam hari dan langsung membaca Alquran sampai pagi hari, tidak tidur,” lanjut Rahmatullo (anggota tim) seperti diterjemahkan Temur Mirzaev, rekanan Kedutaan Besar Republik Indonesia sekaligusdosen bahasa Indonesia di Institute of Oriental Studies, Tashkent.
    Saat ditemukan, makam dalam kondisi tidak terurus. Soekarno meminta pemerintah Uni Soviet agar segera memperbaikinya. Ia bahkan sempat menawarkan agar makam dipindahkan ke Indonesia apabila Uni Soviet tidak mampu merawat dan menjaga makam tersebut. Emas seberat makam Imam Bukhari akan diberikan sebagai gantinya.

    dan akhirnya uni soviet melakukan pemugaran pada makam tersebut

  8. Mas Teguh … mohon ijin tulisannya tak sebarkan,sekian banyak saya membaca buku tentang beliau … belum ada yang menulis tentang hal ini .
    Mungkin dari teman2 mohon informasinya buku2 Beliau yang membahas tentang ini .
    Mas Teguh … saya pribadi mengucapkan terima kasih pada Mas Teguh dan Team Fastron Indonesia melalui media ini . yang telah membuka mata kita … ini adalah catatan sejarah yang mungkin belum tertulis di Negeri ini .
    Buat Mas Teguh… “Salam Sejahtera selalu”

    Wisanggeni .

  9. bijaksanalah,

    bagaimana bisa dikatakan bung karno yang menemukan????

    -Tidak banyak yang tahu kalau Bung Karno adalah penemu makam Imam Al Bukhari, seorang perawi hadist Nabi Muhammad SAW. Begini ceritanya. Tahun 1961 pemimpin tertinggi Partai Komunis Uni Soviet sekaligus penguasa tertinggi Uni Soviet Nikita Sergeyevich Khrushchev mengundang Bung Karno ke Moskow.-

    padahal beliau menyuruh orang lain untuk menemukannya

    -Khrushchev balik bertanya, “Apa syarat yang Paduka Presiden ajukan?”

    Bung Karno menjawab, “Temukan makam Imam Al Bukhari. Saya sangat ingin menziarahinya.”

    Jelas saja Khrushchev terheran-heran. Siapa lagi ini Imam Al Bukhari. Dasar orang Indonesia, ada-ada saja. Mungkin begitu sungutnya dalam hati. Tidak mau membuang waktu, Khrushchev segera memerintahkan pasukan elitnya untuk menemukan makam dimaksud.-

      1. Mungkin yang menemukan adalah Prajuritnya Nikita Krushchev TAPI Inisiatif dari Bung Karno-lah yang membuat kejadian tersebut berlangsung. Sejarah akan selalu menulis bahwa PENEMU Makam Imam Bukhori adalah Presiden RI adalah Sukarno karena memang ide dan inisiatif dari BK BUKAN Krushchev yang menemukan.

      2. kita harus hati2 ini menyangkut sejarah, selama ini belum ada tulisan resmi soalnya, dan kita patut bangga punya sosok Soekarno
        terimaksih juga mas sharenya, tatunggu posnya lagi,
        semoga sukses selalu.

  10. سُبْحَانَ اللّه
    الله اكبر
    اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيّدنامُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيّدنا مُحَمَّد

  11. Wah subhanallah… ini postingan kira2 7 tahun yg lalu. Trimakasih Pak teguh informasinya. Pantesan org Indo itu sangat di hargai sama Russian. Saya pingin sekali ke Russia juga kemakamnya Imam Bukhori.
    Izin share Pak.

Leave a reply to jalu Cancel reply